Pentingnya Menghentikan Mesin Mobil dengan Benar
JAKARTA – Banyak pengemudi sering kali mematikan mesin mobil mereka begitu saja setelah tiba di tujuan. Padahal, kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada komponen-komponen dalam mesin dan sistem kelistrikan kendaraan.
Pada mobil modern, sistem-sistem yang terpasang saling terhubung, mulai dari mesin, sistem pendingin, transmisi otomatis, hingga jaringan kelistrikan bekerja sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu, jika langkah penutupan tidak tepat, efeknya bisa menyebar ke komponen lain.
Berikut adalah tiga kesalahan umum saat mematikan mesin mobil yang sebaiknya dihindari:
1. Mematikan Mesin Mendadak Setelah Beban Berat
Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan adalah mematikan mesin secara mendadak setelah melewati tanjakan, berkendara cepat di tol, atau keluar dari kemacetan panjang, terutama ketika cuaca sangat panas.
Hal ini menyebabkan panas menumpuk di ruang mesin. Pada mobil berturbo, oli yang berhenti bersirkulasi ketika mesin dimatikan tidak lagi mendinginkan poros turbo, sehingga risiko kerak oli dan keausan bantalan meningkat.
Solusinya cukup sederhana. Setelah melakukan perjalanan berat, biarkan mesin dalam keadaan idle selama 30 hingga 60 detik agar suhu turun secara merata. Ini akan membantu sirkulasi oli dan cairan pendingin menyelesaikan tugasnya.
Namun, hindari menjalankan mesin terlalu lama di ruang tertutup demi keselamatan. Jeda pendek seperti ini sangat penting untuk menjaga kesehatan turbo dan mencegah heat soak yang bisa mengganggu komponen lain.
2. Posisi Transmisi dan Rem yang Keliru
Pada mobil dengan transmisi otomatis, banyak pengemudi langsung memindahkan ke posisi P dan mematikan mesin tanpa terlebih dahulu menarik rem parkir.
Akibatnya, beban kendaraan dapat menekan pawl di dalam transmisi, membuat tuas sulit dipindahkan dan berpotensi mempercepat keausan.
Urutan yang benar adalah berhenti total, injak rem, tarik rem parkir hingga mobil benar-benar tertahan, baru pindah ke posisi P dan matikan mesin.
Untuk mobil dengan transmisi manual, aktifkan rem parkir terlebih dahulu, lalu masukkan gigi satu atau R saat parkir di kontur miring. Pastikan roda kemudi lurus agar pengunci setir tidak tertekan.
Hindari mematikan mesin saat mobil masih meluncur karena power steering dan brake assist akan langsung hilang, mengurangi kontrol kendaraan. Urutan yang tepat akan melindungi transmisi, sistem rem, serta mekanisme pengunci kemudi.
3. Mode Listrik dan Aksesori Dibiarkan Menyedot Daya
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah membiarkan head unit, blower AC, charger ganda, atau dashcam tetap menyala saat mesin sudah dimatikan.
Kebiasaan ini dapat secara perlahan menguras aki, terutama jika perjalanan berikutnya pendek dan alternator tidak sempat mengisi penuh.
Pada mobil keyless, beberapa pengemudi keliru meninggalkan kendaraan dalam mode aksesori sehingga kipas pendingin atau modul tertentu tetap aktif.
Untuk menghindarinya, disiplinkan urutan penutupan: kecilkan blower, matikan audio, lepas perangkat pengisian, lalu matikan mesin dan kunci kendaraan.
Untuk mobil dengan fitur auto start-stop, pastikan baterai sesuai spesifikasi EFB atau AGM agar siklus nyala-mati lebih sering tidak mempercepat sulfatasi. Jika mobil jarang digunakan, gunakan smart charger agar tegangan tetap sehat.
Kesimpulan
Mematikan mesin mobil bukan sekadar memutar kunci. Pendinginan singkat setelah beban berat, urutan parkir yang benar, serta menutup aksesori sebelum mematikan mesin akan menjaga mesin, transmisi, dan kelistrikan tetap prima.
Kebiasaan yang rapi tidak hanya membuat mobil lebih awet, tetapi juga membantu mengontrol biaya perawatan. Dengan demikian, setiap perjalanan akan berakhir dengan tenang dan tanpa drama di garasi.