Perilaku yang Membuktikan Pengalaman Berbeda Saat Menginap di Hotel
JAKARTA – Menginap di hotel, terutama yang mewah, bisa menjadi pengalaman unik yang memperlihatkan perbedaan kelas sosial yang tidak selalu terucapkan. Beberapa tindakan yang bagi sebagian orang biasa saja, sering kali dianggap aneh atau “tidak tahu dunia” oleh mereka yang lebih akrab dengan lingkungan tersebut.
Perbedaan ini bukan soal benar atau salah dalam hal etiket, tetapi lebih berkaitan dengan seberapa sering seseorang berada di situasi seperti itu. Setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Bagi sebagian orang, kamar hotel hanyalah ruangan yang digunakan untuk tidur setelah bekerja.
Sementara bagi yang lain, tempat itu adalah kesempatan langka untuk merasakan kemewahan dan ingin mengabadikannya. Berikut beberapa perilaku yang sering ditemukan dan menunjukkan sejauh mana seseorang sudah terbiasa dengan lingkungan hotel:
-
Mengambil Semua Makanan dari Prasmanan
Beberapa tamu akan mengisi piring secara berlebihan, mengambil buah tambahan, muffin, atau bahkan membawa paket selai ke saku. Bagi mereka yang sering menginap, ini wajar karena mereka tahu bahwa sarapan gratis bisa dinikmati lagi besok. Namun, bagi tamu yang jarang menginap, mereka cenderung mengambil semua yang ada tanpa menyadari bahwa prasmanan bisa jadi tersedia kembali.
-
Memotret Setiap Sudut Kamar
Ketika menginap di hotel merupakan momen langka, banyak orang akan memotret setiap sudut kamar, mulai dari pemandangan hingga botol kecil di meja. Mereka ingin mengabadikan momen tersebut sebagai bukti bahwa mereka pernah menginap di tempat mewah. Sementara bagi pelancong rutin, kamar hotel hanyalah tempat istirahat sementara.
-
Meminta Izin untuk Hal yang Sebenarnya Milik Mereka
Beberapa tamu sering bertanya kepada staf apakah mereka “diizinkan” untuk meminta handuk tambahan. Ini menunjukkan bahwa mereka merasa segalanya di kamar adalah pinjaman dan belum memahami bahwa tujuan hotel adalah membuat tamu merasa nyaman.
-
Terlalu Minta Maaf kepada Staf Hotel
Beberapa orang cenderung terlalu sopan saat berinteraksi dengan staf, bahkan terkesan sungkan. Mereka selalu mengawali permintaan dengan “Maaf mengganggu Anda, tapi…” sementara tamu reguler lebih santai dan percaya diri.
-
Menimbun Perlengkapan Mandi Kecil
Banyak tamu mengumpulkan sampo mini atau sabun kecil dari hotel dan menyimpannya sebagai souvenir. Bagi mereka, benda-benda kecil ini adalah bukti kemewahan. Sementara bagi pelancong bisnis, barang-barang ini hanya dianggap sebagai produk sekali pakai.
-
Menganggap Check-out sebagai Batas Waktu Mutlak
Tamu tertentu akan berkemas tepat pada waktu yang ditentukan, bahkan 15 menit sebelumnya. Mereka khawatir melanggar aturan, padahal aturan hotel sering kali fleksibel. Mereka belum sepenuhnya memahami bahwa waktu check-out bisa disesuaikan.
-
Mengabaikan Fasilitas yang Sudah Dibayar
Beberapa tamu tidak pernah menggunakan fasilitas seperti gym, kolam renang, atau meja concierge. Mereka hanya menggunakan kamar sebagai tempat tidur dan menghabiskan waktu dengan menonton TV atau memesan makanan dari luar. Mereka mungkin merasa canggung atau takut menggunakan fasilitas tersebut.
Perilaku-perilaku ini tidak pantas dianggap sebagai tanda ketidaktahuan. Justru, mereka menunjukkan seberapa sering seseorang berinteraksi dengan lingkungan hotel. Sikap seseorang yang masih menikmati pengalaman baru seharusnya dihargai, bukan dianggap “tidak tahu dunia”.
Kemampuan untuk melihat hal-hal biasa sebagai sesuatu yang luar biasa adalah tanda kejujuran dan rasa kagum terhadap hal-hal baru yang sering hilang dari para pelancong yang terlalu terbiasa.











