Perluasan Bisnis JSI di Sektor Energi Baru Terbarukan dan Pertambangan Pasir Silika
JAKARTA – PT JSI Sinergi Mas (JSI) terus melanjutkan rencana akuisisi PT Leyand International Tbk. (LAPD). Proses ini tidak hanya menjadi langkah strategis, tetapi juga menjadi fondasi untuk ekspansi ke sektor energi baru terbarukan (EBT) serta pertambangan pasir silika.
Sejak awal berdirinya pada 2013 sebagai operator logistik pelabuhan di Kalimantan Timur, JSI telah berkembang pesat dan kini memiliki berbagai lini bisnis yang mencakup pertambangan batu bara, logistik, konstruksi pelabuhan, audit emisi, hingga eksplorasi dan pengolahan pasir silika.
Founder sekaligus Direktur Utama JSI, Jamal Abdul Nasir, menyampaikan bahwa proses akuisisi tersebut berjalan dengan baik. Tim JSI sudah siap dan optimistis akan menyelesaikan akuisisi penuh dalam waktu dekat.
Ia juga menegaskan bahwa kolaborasi dengan Leyand International akan memberikan akses lebih luas ke proyek-proyek pembangkit listrik dan pengelolaan emisi.
Fokus pada Ekspansi ke Sektor EBT dan ESG
Selain itu, JSI juga berkomitmen untuk memperluas bisnisnya ke sektor EBT. Dengan adanya bisnis audit emisi melalui Nusa Energi Langgeng Persada (NELP), yang telah berjalan selama dua tahun, JSI ingin menjalin sinergi lebih jauh dengan Leyand International.
Kolaborasi ini diharapkan dapat membuka peluang besar dalam proyek-proyek pembangkit listrik. Target utama JSI adalah ekspansi ke sektor-sektor yang mendukung lingkungan hijau dan prinsip ESG. Hal ini sesuai dengan visi perusahaan untuk menjadikan bisnisnya lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Pengembangan Pasir Silika di Wilayah Lingga
Di samping sektor energi, JSI saat ini sedang dalam tahap akhir memperoleh Izin Usaha Produksi (IUP) untuk pasir silika di wilayah Lingga, Kepulauan Riau. Proyek ini tidak hanya ditujukan untuk ekspor ke negara-negara seperti China, India, dan Korea Selatan, tetapi juga untuk pembangunan pabrik kaca dan panel surya sebagai bagian dari hilirisasi industri.
“Produksi pasir silika kami siapkan untuk pasar ekspor dan hilirisasi dalam negeri. Kami tidak hanya ingin menjual bahan mentah, tapi menciptakan produk bernilai tambah,” ujar Jamal.
Mesin untuk produksi pasir silika sudah dipesan dari China, dan proses commissioning akan dimulai setelah IUP keluar. Target operasional pabrik diawali pada 2027.
Sinergi Bisnis dan Pertumbuhan Aset
Akuisisi Leyand International juga membuka peluang sinergi bisnis yang lebih luas, yang akan mendorong JSI menjadi perusahaan yang proper. Hingga saat ini, JSI mencatatkan pertumbuhan aset signifikan sejak 2022, dari di bawah Rp100 miliar menjadi lebih dari Rp500 miliar. Angka ini belum termasuk ekspansi silika dan entitas bisnis lainnya.
Proses akuisisi oleh JSI melibatkan 51% dari total modal yang disetor dan ditempatkan dalam Leyand International (LAPD). Pemilik saham mayoritas adalah Laymand Holdings Pte Ltd, PT Intiputera Bumitirta, Keraton Investment Ltd, Evi Felicia, dan Leo Andyanto.
Sebagai bagian dari tahapan akuisisi yang diatur dalam Perjanjian Jual Beli Bersyarat (PJBB), pada 18 September 2025, JSI telah menambah kepemilikannya di Leyand Internasional menjadi 513.750.900 saham. Angka ini setara dengan 12,95% persentase hak suara.
Strategi Jangka Panjang dan Masa Depan
Jamal menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari perjalanan besar JSI sejak didirikan. “Akuisisi LAPD menjadi langkah strategis dan transformatif JSI dan merupakan bentuk penguatan fundamental bisnis berbasis keberlanjutan,” katanya.
Dengan adanya perusahaan publik seperti Leyand International, JSI melihat ini sebagai momen penting dan awal dari perjalanan baru menuju level ‘Premier League’ dunia bisnis.
JSI sebagai perusahaan terintegrasi di sektor pertambangan dan energi akan membangun sinergi bisnis dengan Leyand Internasional sebagai bagian dari strategi ekspansi jangka panjang. Dengan visi dan komitmen yang kuat, JSI siap menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.