Penjelasan Lengkap tentang Kasus Penggelapan Uang Bank Jateng oleh Anggun Tyas
WONOGIRI – Anggun Tyas, seorang sopir Bank Jawa Tengah (Jateng) cabang Wonogiri, diketahui melakukan aksi penggelapan uang senilai Rp 10 miliar. Aksi ini menimbulkan banyak pertanyaan dan kebingungan terkait rencana yang ia susun setelah membawa kabur uang tersebut.
Setelah mengambil uang dari bank, Anggun memutuskan untuk menggunakan layanan taksi online. Ia bahkan membayar sebesar Rp 10 juta kepada sopir taksi tersebut. Tujuan awalnya adalah pergi ke rumah temannya bernama Agus. Namun, selama perjalanan, sopir taksi itu merasa bingung karena arah dan tujuan Anggun tidak jelas.
Menurut informasi dari pihak kepolisian, Anggun sempat berkomunikasi dengan temannya yang bernama Oyi untuk memesan layanan taksi online. Sayangnya, pesanan tersebut diatur secara offline, sehingga sopir taksi pun harus membawa Anggun berkeliaran tanpa tujuan pasti.
Setelah sampai di rumah Agus, Anggun memberikan imbalan besar kepada sopir taksi tersebut, yaitu Rp 10 juta serta sebuah ponsel. Hal ini menunjukkan bahwa Anggun memiliki rencana besar dalam menjalankan bisnis baru di kampung barunya, Gunung Kidul.
Rencana bisnis Anggun adalah membuka usaha pinjaman uang di daerah tersebut. Ia bersama sahabatnya, Dwi Sulistyo atau dikenal sebagai Oyi, akan menjalankan bisnis ini. Dwi bertugas sebagai kurir yang akan menagih utang, sementara Anggun menjadi bos dari bisnis tersebut.
Kedua tersangka juga telah menyiapkan kendaraan untuk operasional bisnis mereka. Dwi direncanakan akan mencari orang-orang lain untuk menjadi penagih uang pinjaman. Selain itu, uang yang dibawa kabur digunakan untuk membeli properti dan kendaraan.
Anggun membeli rumah di Gunung Kidul dan beberapa kendaraan seperti mobil dan empat sepeda motor. Total pengeluaran mencapai sekitar Rp 300 juta. Ia juga mengadakan acara selamatan di rumah barunya bersama pacar dan ibu Dwi. Acara tersebut dihadiri delapan orang, termasuk warga sekitar agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Dwi juga terlibat aktif dalam pelarian Anggun. Salah satunya adalah mencari rumah baru untuk menyembunyikan Anggun di Gunung Kidul. Lokasi rumah tersebut dipilih karena tidak memiliki sinyal telepon, sehingga sulit dilacak.
Peristiwa ini terjadi pada Senin (1/9/2025). Saat itu, Anggun sedang menjalankan tugas rutin mengantar pegawai bank untuk mengambil uang tunai. Ia membawa mobil operasional yang berisi total Rp 10 miliar. Ketika petugas lain lengah, Anggun memanfaatkan celah tersebut untuk membawa kabur uang tersebut.
Motif Anggun melakukan aksi ini adalah karena tekanan ekonomi. Menurut Wakapolresta Surakarta, AKBP Sigit, Anggun merasa pusing dan melihat kesempatan untuk melakukan hal tersebut.
Istri dari Anggun, yang dikenal sebagai I, mengaku merasa malu dengan perbuatan suaminya. Ia menyatakan bahwa kasus ini membuat keluarganya menjadi sorotan di lingkungan dan sekolah anak-anaknya. Meski merasa malu, I tetap berusaha menjalani hidup demi kebutuhan anak-anaknya.
I tidak mengetahui sama sekali tentang aksi nekat suaminya. Bahkan, pada pagi hari sebelum Anggun pergi bekerja, tidak ada tanda-tanda mencurigakan. I mengaku tidak pernah menduga bahwa suaminya akan melakukan hal tersebut.
Kecurigaan mulai muncul ketika pihak Bank Jateng menghubungi dan menanyakan apakah Anggun memiliki nomor handphone lain. I mencoba menghubungi, namun tidak aktif. Setelah itu, kabar mengenai tindakan Anggun datang dari pihak kantor. I sangat terkejut dan mencoba menghubungi suaminya, tetapi tidak berhasil.
Setelah kejadian ini, I sempat merasa takut akan dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Namun, justru sebaliknya—banyak warga yang memberikan dukungan moral. I mengaku bahwa dampak sosialnya cukup besar, terutama bagi anak-anak mereka yang ikut menjadi sorotan di sekolah.
Meskipun begitu, I tetap menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada pihak berwenang. I menegaskan bahwa dirinya hanya sebagai istri, dan setiap kesalahan atau risiko harus ditanggung sendiri.