Strategi Ekspansi dan Kinerja Finansial PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT)
JAKARTA – PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) telah menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 1,66 triliun untuk periode 2025 hingga 2029.
Anggaran ini akan digunakan untuk mendukung ekspansi perusahaan di beberapa tahun ke depan. Dengan fokus pada peningkatan kapasitas produksi dan penguasaan pasar, BWPT berharap mampu meningkatkan margin pendapatan selama lima tahun mendatang.
Choong Kamloong, Direktur & Chief Financial Officer PT Eagle High Plantations Tbk, menjelaskan bahwa rencana ekspansi mencakup penanaman pohon baru dan replanting lahan. Target penanaman pohon baru mencapai 7.000 hektare antara 2025 hingga 2028, sementara replanting lahan mencapai 14.585 hektare.
Selain itu, perusahaan juga berencana menambah dua pabrik kelapa sawit di Kalimantan Timur dan satu pabrik di Papua dengan total kapasitas mencapai 180.000 ton per tahun.
Saat ini, pusat operasional BWPT berada di Sumatera, Kalimantan, dan Papua dengan total luas lahan perkebunan mencapai 87.000 hektare dan kapasitas pabrik kelapa sawit sebesar 2,2 juta ton per tahun.
Perusahaan juga merencanakan pengembangan pabrik kernel crushing plant di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan kapasitas pengolahan 200 ton per hari atau 60.000 ton per tahun.
Kolaborasi dengan Petani Plasma
BWPT juga meningkatkan kolaborasi dengan petani plasma untuk meningkatkan kualitas pohon dan hasil rendemen. Dengan peningkatan oil extraction rate, kedua pihak antara petani plasma dan BWPT sama-sama mendapat untung yang lebih baik.
Hal ini menjadi salah satu strategi dalam menjaga kualitas produk dan memperkuat hubungan kerja sama dengan pelaku usaha lokal.
Dalam upaya mengembangkan energi baru terbarukan, BWPT menargetkan seluruh pabrik kelapa sawit dapat mengoperasikan biogas dan biomassa. Di Kalimantan Tengah, perusahaan sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga biogas pada 2025.
Harga CPO Mendapatkan Premi di Eropa
Sebagai informasi, Panel WTO telah mengeluarkan putusan yang mendukung posisi Indonesia atas sejumlah klaim utama dalam pengaduan terkait pengenaan bea masuk imbalan (countervailing duties) oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel asal Indonesia.
Putusan ini merekomendasikan agar Uni Eropa menyelaraskan langkah-langkahnya dengan kewajiban yang berlaku berdasarkan Agreement on Subsidies and Countervailing Measures (SCM Agreement).
Keputusan WTO ini diharapkan menjadi katalisator bagi perkembangan komoditas andalan ekspor Indonesia, seperti minyak kelapa sawit. BWPT terus membuktikan diri dengan sejumlah sertifikasi seperti RSPO, ISPO, EUDR, dan SPOTT. Perusahaan menargetkan seluruh PKS memiliki sertifikasi ISPO dan RSPO pada 2027.
Kinerja Finansial yang Menggembirakan
PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), salah satu perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Indonesia, berhasil mencatatkan kinerja apik selama semester I-2025. Pencapaian ini didorong oleh peningkatan dari sisi operasional dan penjualan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK).
Hingga semester I-2025, Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp2,77 triliun, meningkat 38,07% year-on-year dari Rp2,012 triliun pada semester I-2024. Pendapatan tersebut berasal dari minyak kelapa sawit sebesar Rp2,41 triliun, inti kernel Rp324,04 miliar, dan tandan buah segar (TBS) Rp34,85 miliar.
Beban pokok penjualan meningkat menjadi Rp1,99 triliun per Juni 2025 dari sebelumnya Rp1,41 triliun. Namun, BWPT masih menghimpun lonjakan laba bruto menjadi Rp780,14 miliar dari Rp596,06 miliar per Juni 2024. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp171,88 miliar, naik 43,58% dari sebelumnya Rp119,70 miliar.
Optimisme terhadap Pertumbuhan Masa Depan
BWPT optimistis kinerja perusahaan bisa bertumbuh seiring dengan peningkatan produksi dan tingginya harga CPO. Dari sisi operasional, produksi CPO dan PK meningkat sesuai dengan rencana, ditopang produktivitas kebun yang membaik serta kontribusi pembelian TBS dari pihak ketiga.
EBITDA BWPT tercatat sebesar Rp867,26 miliar dengan margin 31,2%. Katalis positif yang akan mendukung kinerja hingga akhir 2025 adalah harga CPO global yang stabil, peningkatan penjualan volume, serta efisiensi biaya dan optimalisasi operasional pabrik.