Cerita Arbelly, Alumnus Unair yang Bersepeda 4.000 Km ke Italia

Semangat yang Tak Pernah Padam: Perjalanan Arbelly Noor Mengayuh 4.000 Kilometer

JAKARTA – Arbelly Noor, lulusan Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair), telah membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk mengejar mimpi. Meskipun ia tidak lagi muda, semangat dan tekadnya tetap mengalir seperti air.

Dengan latar belakang pendidikan S2 Magister Manajemen dari Universitas Indonesia (UI), ia kini berada di tengah perjalanan yang luar biasa, yaitu mengayuh sepeda sejauh 4.000 kilometer dalam ajang #NorthCape4000.

Perjalanan ini dimulai dari Italia dan berakhir di Norwegia, menjadi bukti nyata ketekunan, disiplin, dan semangat pantang menyerah. Arbelly menjelaskan bahwa cinta terhadap olahraga sudah tumbuh sejak kecil.

Ia aktif bermain bola, voli, hingga basket sejak masa SMA. Namun, perubahan besar terjadi pada tahun 2021 saat pandemi membatasi akses ke lapangan basket di Jakarta.

Awalnya, ia mencoba berlari, namun bosan dan akhirnya beralih ke sepeda. Dari sana, ia mulai ikut berbagai trek pendek, hingga menemukan tantangan dalam dunia ultra cycling.

Event yang ia ikuti termasuk dalam kategori unsupported, artinya seluruh kebutuhan teknis, kesehatan, dan logistik harus ia tangani sendiri tanpa bantuan tim.

Sebelum mengikuti #NorthCape4000, Arbelly telah menempuh berbagai event jarak jauh seperti Tur Surabaya-Mandalika (500-600 km) dan Bentang Jawa (1.500 km).

Persiapan untuk #NorthCape4000 memakan waktu tujuh bulan dengan latihan rutin sekitar 500-800 km per minggu, ditambah nutrisi dan istirahat yang cukup.

Selama perjalanan, ia melewati beberapa negara seperti Italia, Jerman, Chekoslowakia, Polandia, Swedia, Finlandia, dan akhirnya Norwegia. Cuaca menjadi tantangan terbesar, meski musim panas.

Angin bisa mencapai kecepatan 45 km per jam dengan suhu antara 12–20 derajat Celsius. Bagi orang tropis seperti Arbelly, ini sangat menguras tenaga.

Keterbatasan suplai makanan juga menjadi masalah. Banyak jalur yang melewati hutan tanpa warung atau minimarket. Strateginya adalah membeli persediaan makanan dalam jumlah cukup saat memasuki kota kecil.

Waktu istirahat terbatas, hanya 4-5 jam tidur per hari. Meski begitu, ia mengaku terkesan dengan sikap masyarakat setempat.

Masyarakat di sana sangat disiplin, menghormati pesepeda, ramah, dan penuh kepercayaan. Ia pernah menginap di hotel tanpa resepsionis, kunci kamar hanya ditaruh di pintu. Di desa-desa, banyak yang menawarkan hasil kebun atau minuman kepada pesepeda yang lewat.

Sebagai alumnus Unair, Arbelly ingin menginspirasi generasi muda agar berani mengambil tantangan. Ia menegaskan bahwa latihan tidak akan mengkhianati hasil. Jaga kesehatan sejak dini karena tanpa tubuh yang sehat, kemampuan atau cita-cita sulit tercapai.

Ia menargetkan finish pada 20 Agustus dengan rata-rata kayuhan 160 km per hari. Meski semakin dekat ke lingkar Arktik, tantangan medan dan cuaca makin berat. Namun, ia percaya bahwa selama fisik terjaga dan mental kuat, semua bisa diselesaikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *