Dedi Mulyadi Marah, Balita Meninggal Kena Cacing, Sebut Perangkat Desa Lalai

Kematian Balita yang Dipenuhi Cacing Mengundang Keprihatinan

Kasus kematian balita berinisial R di Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi perhatian serius dari berbagai pihak. Balita berusia tiga tahun tersebut meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan, dengan tubuhnya dipenuhi cacing. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi masyarakat di daerah tersebut dan menunjukkan adanya celah dalam sistem pelayanan kesehatan serta perlindungan sosial.

Desa Cianaga memiliki populasi sekitar 6.323 jiwa dan terletak sekitar 60 kilometer dari pusat Kabupaten Sukabumi. Akses menuju desa masih terbatas, sehingga memengaruhi kemudahan pendistribusian layanan kesehatan dan bantuan sosial. Selain itu, terdapat 925 keluarga pra-sejahtera yang tinggal di sana. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah ini masih menghadapi tantangan ekonomi dan infrastruktur yang kurang memadai.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan kekecewaannya terhadap kinerja perangkat desa setempat. Ia menilai bahwa para pengurus desa tidak cukup responsif terhadap kebutuhan warganya. Dedi Mulyadi memberikan sanksi berupa penundaan pencairan dana desa dari pemerintah provinsi. Menurutnya, desa tersebut tidak mampu mengelola kebutuhan warganya secara efektif.

“Kami memutuskan untuk memberikan hukuman kepada desa tersebut. Kami menunda bantuan desa karena desa tidak mampu merawat warganya,” ujar Dedi saat pidato di Rapat Paripurna DPRD Jabar, Selasa (19/8/2025).

Kondisi yang Memilukan

Balita R meninggal pada 22 Juli 2025 setelah dirawat di RSUD Syamsudin. Meskipun telah diberikan obat cacing, penanganan terlambat menyebabkan kondisinya semakin memburuk. Hasil medis menunjukkan bahwa R mengalami infeksi cacingan akut (askariasis) yang menyebabkan tubuhnya dipenuhi cacing gelang. CT scan menunjukkan bahwa cacing telah mencapai otak, sehingga infeksi sangat parah.

Selama ini, R diasuh oleh neneknya di rumah semi panggung. Ibu R, Endah (38), mengalami gangguan jiwa, sedangkan ayahnya, Udin (32), menderita tuberkulosis (TBC). Penyakit TBC menyerang paru-paru dan bisa menjalar ke tulang, sehingga memperparah kondisi keluarga tersebut.

R sering bermain di kolong rumah yang penuh kotoran ayam, sehingga diduga penyebab infeksi cacing berasal dari lingkungan yang tidak bersih. Namun, kendala lain yang dialami adalah ketidakterdaftaran R sebagai peserta BPJS dan tidak memiliki Kartu Keluarga (KK). Hal ini mempersulit akses layanan kesehatan dan bantuan sosial.

Permasalahan Sosial yang Mendalam

Kejadian ini mengungkapkan masalah sosial yang mendalam di masyarakat pedesaan. Meski perangkat birokrasi telah disusun hingga tingkat RT, namun tidak semua warga mendapatkan perhatian yang layak. Dedi Mulyadi menyoroti betapa pentingnya empati dan kesadaran kolektif dalam melayani masyarakat.

“Betapa kita gagap dan lalai. Perangkat birokrasi yang tersusun sampai tingkat RT ternyata tidak bisa membangun empati,” ujarnya.

Kasus R menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat luas untuk lebih proaktif dalam mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan serta kesejahteraan sosial. Diperlukan langkah-langkah strategis, seperti penguatan sistem kesehatan dasar, peningkatan kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan, serta peningkatan koordinasi antara pemerintah dan masyarakat setempat.