Dokter RSUD Sekayu Dihina Keluarga Pasien VIP, Ini Fakta Sebenarnya

Insiden Viral Dokter Dipaksa Buka Masker oleh Keluarga Pasien VIP di RSUD Sekayu

Sebuah video yang viral di media sosial menunjukkan seorang dokter spesialis ginjal, dr. Syahpri Putra Wangsa Sp.PD-KGH, FiNASIM, dimarahi dan dipaksa membuka masker oleh keluarga pasien VIP di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Video berdurasi 41 detik tersebut memicu perhatian publik karena menunjukkan ketegangan serius antara tenaga medis dan keluarga pasien, serta mengandung unsur ancaman terhadap keselamatan dokter.

Lokasi dan Profil Dokter

RSUD Sekayu terletak di Jalan Merdeka No. 1, Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Jarak dari ibu kota provinsi Palembang sekitar 130 kilometer ke arah barat laut atau sekitar 3 jam perjalanan darat. Rumah sakit ini merupakan fasilitas kesehatan utama di wilayah Musi Banyuasin, melayani pasien dari berbagai latar belakang, termasuk pasien VIP.

Dr. Syahpri adalah dokter spesialis penyakit dalam dengan subspesialisasi nefrologi (konsultan ginjal dan hipertensi). Ia dikenal sebagai tenaga medis profesional yang juga berpraktik di RS Bunda Medika Jakabaring Palembang dan pernah bertugas di RSUD Sungai Lilin. Gelar Sp.PD-KGH, FiNASIM menunjukkan bahwa ia telah menempuh pendidikan tambahan sebagai konsultan ginjal dan hipertensi, serta diakui oleh organisasi profesi nasional sebagai fellow atau anggota senior yang kompeten dan berpengalaman.

Latar Belakang Pasien VIP

Pasien VIP adalah pasien yang memilih layanan premium di rumah sakit, termasuk fasilitas kamar eksklusif, pelayanan lebih cepat, dan kenyamanan tambahan. Dalam kasus ini, keluarga pasien menyewa ruang VIP dengan harapan mendapatkan penanganan maksimal dan cepat. Namun, mereka merasa kecewa karena penanganan medis dianggap lambat dan bertele-tele.

Kronologi Insiden

Insiden bermula saat dr. Syahpri melakukan visit ke ruang VIP untuk memeriksa pasien lansia. Keluarga pasien langsung emosi dan menyebut bahwa dokter Syahpri, yang merupakan dokter konsultan di bidang nefrologi, bertele-tele untuk merawat ibunya. Pria yang merekam video mengatakan:

“Ini dokter ini, ibu saya disuruh tunggu dahak. Tiap hari tunggu dahak, dikit-dikit tunggu dahak. Hasil rontgen, hasil rontgen, kita masuk sini biar pelayanan layak. Kita sewa ruang VIP ini untuk pelayanan. Pelayanan yang bagus, pelayanan yang layak. Bukan sekadar disuruh nunggu. Kalau disuruh nunggu kita bisa pakai BPJS. Kita nggak mau pakai BPJS, nggak mau dimain-mainkan seperti kamu ini, kamu paham ya? Kamu harus paham ya.”

Pria tersebut kemudian mencecar dokter itu karena merasa pelayanan yang didapatkannya tidak sesuai dengan kamar VIP yang sudah disewa untuk perawatan.

Tindakan Keluarga Pasien

Setelah melampiaskan kemarahan, dari belakang terdapat satu pria lagi yang langsung memaksa dokter tersebut membuka masker. Ia kemudian dipaksa untuk menjelaskan penyakit ibunya, termasuk identitas dokter tersebut. Meski dalam kondisi dimaki-maki, dokter itu tetap tenang dan menjawab pertanyaan dari keluarga pasien tersebut.

“Jadi, ibunya ke rumah sakit dengan kondisi tidak sadar. Dengan gula darah yang sangat rendah, kemudian tekanan darahnya tidak terkontrol. Kemudian kita lakukan pemeriksaan, didapatkan rontgen dan adanya gambaran indu trek atau gambaran pecah di paru-paru kanan,” jelas dokter tersebut.

Kurang puas, keluarga pasien itu nyatanya kurang puas. Ia kembali marah-marah karena menilai tak ada pelayanan perawatan yang cepat. Sebab, setiap hari ibunya hanya dilakukan pemeriksaan dahak dan hasil rontgen.

Respons Rumah Sakit dan IDI Muba

Penjelasan Pihak RS Terpisah, Kasubag Humas RSUD Sekayu, Dwi, membenarkan adanya kejadian itu seperti yang beredar di media sosial. Menurut Dwi, saat ini pihak RSUD Sekayu bakal membahas masalah tersebut untuk mengetahui pasti kronologi kejadian.

Sementara itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Muba melalui Ketua BHP2A, Zwesty Devi, menegaskan bahwa tindakan keluarga pasien merupakan bentuk ancaman serius terhadap keselamatan tenaga medis. Mereka akan mengawal kasus ini hingga ke jalur hukum.

Langkah Hukum dan Seruan

Ketua Badan Hukum Pembela Profesi dan Advokasi (BHP2A) IDI Cabang Muba, Zwesty Devi, menegaskan, kejadian yang menimpa dr Syahpri Putra Wangsa merupakan bentuk ancaman serius yang mengganggu keselamatan tenaga medis ketika sedang menjalankan tugas. Mereka pun akan mengawal kasus tersebut sampai ke jalur hukum untuk melaporkan tindakan keluarga pasien ke Polres Muba.

Ketua IDI Muba, Ichsan Nur Hamdan, menambahkan bahwa seluruh manajemen rumah sakit, baik di daerah maupun di tempat lain, harus meningkatkan sistem keamanan di fasilitas kesehatan. Dengan demikian, aksi kekerasan yang menimpa para tenaga medis tidak semestinya terus terulang.

Penutup

Dr. Syahpri menekankan bahwa menjadi dokter bukanlah hal mudah. Ia mengingatkan bahwa profesi ini menuntut pengorbanan waktu, biaya, dan komitmen tinggi. Ia berharap masyarakat lebih menghargai tenaga medis dan tidak melakukan intimidasi atau kekerasan.

Sementara itu, Ismet Syaputra, keluarga pasien yang terekam dalam video, mengaku emosinya memuncak bukan tanpa alasan. Ibunya, yang dirawat akibat diabetes komplikasi di ruang VIP, dinilainya tidak mendapat pelayanan yang sepadan dengan status perawatan umum berbayar. Baginya, kejadian itu bukan sekadar ledakan emosi sesaat, tapi akumulasi dari pelayanan yang dinilainya jauh dari harapan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *