Dua Film Pendek Baubau Masuk Nominasi Kompetisi Film Islami 2025

Dua Film Pendek dari Kota Baubau Masuk Nominasi Nasional

JAKARTA – Dua film pendek karya anak-anak Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), berhasil masuk dalam nominasi penganugerahan Kompetisi Film Islami (KFI).

Kedua karya tersebut adalah Pekandeana Ana-Ana Maelu di kategori dokumenter dan Cahaya Untuk Nur di kategori fiksi. Keduanya telah lolos sebagai salah satu peserta terbaik dalam kompetisi yang akan diselenggarakan di Jakarta pada 10 November 2025 mendatang.

Film-film ini sebelumnya telah meraih juara pertama dalam lomba KFI tingkat Provinsi Sultra pada tahun 2023 dan 2024. Kedua karya tersebut berasal dari rumah produksi Seribu Benteng Production, yang dipimpin oleh sutradara Andhy Loppes Eba. Ia mengungkapkan kekagetannya ketika mengetahui karyanya masuk dalam nominasi nasional.

“Saya tidak menyangka, saya pikir KFI itu sudah berakhir pada 2023 dan 2024. Namun, saya menerima informasi dari Kemenag Sultra bahwa film yang telah menang di tingkat provinsi kembali dikompetisikan untuk tingkat nasional,” ujarnya saat diwawancarai.

Andhy menyampaikan rasa bangga atas prestasi yang diraih. Ia menjelaskan bahwa kedua film tersebut memperoleh posisi pertama saat lomba tingkat Provinsi Sultra. Ia juga mengungkapkan bahwa seluruh proses pembuatan film melibatkan crew lokal Kota Baubau, termasuk pemainnya.

Proses Pembuatan Film dengan Keterlibatan Lokal

Menurut Andhy, semua elemen dalam pembuatan film berasal dari daerah setempat. Hal ini mencerminkan komitmen untuk mengembangkan potensi lokal dalam industri perfilman. Selain itu, ia berharap prestasi ini menjadi awal dari perjalanan panjang bagi para kreator muda di Sulawesi Tenggara.

Dalam kompetisi nasional, terdapat sebanyak 83 film pendek dari berbagai daerah di Indonesia yang ikut serta. Dari jumlah tersebut, Pekandeana Ana-Ana Maelu dan Cahaya Untuk Nur masuk dalam tujuh film terbaik yang dinobatkan sebagai nominasi.

Film-film lain yang masuk nominasi antara lain Braen dari Jawa Tengah, Cahaya Ilahi dari Jawa Timur, Kita Sadila dari Lampung, Cahaya Ilmu dari Sumatra Utara, dan Belangikhan dari Lampung.

Konten Film yang Mengangkat Budaya dan Nilai Sosial

Film Pekandeana Ana-Ana Maelu adalah film dokumenter yang merekam tradisi masyarakat Buton dalam memberi santunan kepada anak yatim pada bulan Muharam. Film ini memiliki durasi sekitar 5 menit.

Sementara itu, Cahaya Untuk Nur merupakan film fiksi yang menceritakan kisah seorang anak perempuan bernama Nur yang sedih setelah ayahnya meninggal. Film ini memiliki durasi sekitar 10 menit.

Kedua film ini tidak hanya menyajikan cerita yang menarik, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan penting tentang nilai agama, semangat nasionalisme, dan kepedulian sosial. Hal ini membuat karya-karya ini layak diapresiasi secara nasional.

Harapan untuk Masa Depan Industri Film Lokal

Andhy Loppes Eba berharap pencapaian ini dapat menjadi awal dari prestasi yang lebih besar lagi. Ia yakin bahwa ada banyak bibit-bibit muda di Sulawesi Tenggara yang bisa berkembang dalam dunia film. Menurutnya, penghargaan ini juga menjadi momentum untuk membangkitkan semangat kreativitas di kalangan masyarakat setempat.

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Baubau, Mansur, juga menyampaikan kebanggaannya atas prestasi yang diraih oleh Andhy. Ia menilai bahwa karya sinema dari daerah dapat bersaing dan unggul di kancah nasional.

Ia menekankan bahwa karya-karya seperti ini bukan hanya media dakwah kreatif, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat semangat nasionalisme dan kepedulian sosial.

Mansur berharap kemenangan ini menjadi awal dari peran Kankemenag dalam mendukung ekosistem dakwah kreatif melalui film. Ia percaya bahwa inisiatif seperti ini akan membuka peluang bagi generasi muda untuk berkembang dan berkontribusi dalam dunia perfilman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *