Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Strategi Pemerintah
JAKARTA – Beberapa lembaga internasional memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 di kisaran 4,8% hingga 4,9%.
Proyeksi ini muncul dalam konteks kepercayaan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa terhadap strategi pemerintah dalam mengelola dana sebesar Rp200 triliun yang dialokasikan kepada bank milik negara.
Lembaga seperti IMF, OECD, dan Japan Credit Rating telah merilis proyeksi mereka masing-masing. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9%, sedangkan OECD juga menempatkan angka yang sama. Sementara itu, Japan Credit Rating lebih rendah dengan prediksi di bawah 5%.
Proyeksi serupa juga diberikan oleh Asian Development Bank (ADB), yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5% pada April 2025, namun kemudian direvisi menjadi 4,9% pada September 2025.
ADB menjelaskan bahwa ketidakpastian perdagangan global akibat tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia.
Selain itu, ADB juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2026 dari 5,1% menjadi 5%. Sementara itu, proyeksi inflasi Indonesia juga dikurangi dari 2% menjadi 1,7% pada 2025, dan dipertahankan di level 2% pada 2026.
Tren Ekspansi Usaha yang Menurun
Dari sisi domestik, pengusaha tampaknya masih memilih untuk menahan ekspansi bisnis meskipun pemerintah berupaya meningkatkan kinerja perekonomian.
Hal ini terlihat dari penurunan laju pertumbuhan kredit dan peningkatan simpanan berjangka atau deposito korporasi di perbankan.
Bank Indonesia (BI) dalam publikasi Analisis Uang Beredar BI Agustus 2025 mencatat bahwa jumlah simpanan berjangka mencapai Rp3.296,6 triliun, naik 5,4% secara tahunan.
Nasabah korporasi menjadi pelaku utama dalam menyimpan dana dalam bentuk deposito, dengan total sebesar Rp1.724 triliun, tumbuh 11,6% dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, deposito perorangan justru turun 1,6% menjadi Rp1.424,6 triliun, sementara deposito lainnya tumbuh 9,1% menjadi Rp148 triliun.
Dari sisi kredit, pertumbuhan kredit mengalami pelemahan dibandingkan bulan Juli dan Agustus tahun sebelumnya. Namun, jika melihat data dari perspektif optimis, kredit perbankan pada Juli dan Agustus 2025 mengalami peningkatan.
Pada Agustus 2025, kredit perbankan naik sebesar 7% atau senilai Rp7.966,1 triliun. Kenaikan ini didorong oleh kredit korporasi sebesar Rp4.357,3 triliun atau tumbuh 9,9% (yoy), kredit perorangan sebesar Rp3.541,9 triliun dengan pertumbuhan 3,6%, dan kredit lainnya sebesar Rp67 triliun dengan pertumbuhan 10,3%.
Pada Agustus 2024, pertumbuhan kredit lebih tinggi. Misalnya, kredit korporasi pada periode tersebut tumbuh sebesar 15,7%, sedangkan kredit perorangan tumbuh 5,7%. Pada Agustus 2025, kredit korporasi hanya tumbuh 9,9%, dan kredit perorangan 3,6%.
Optimisme Menteri Keuangan
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menunjukkan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2025 bisa mencapai 5,5% (year on year/yoy).
Ia yakin pertumbuhan ekonomi akan merata di hampir semua sektor, dengan sektor properti menjadi salah satu yang paling menarik perhatian.
“Saya pikir hampir across the board. Yang jelas belanja masyarakat akan naik kencang. Dan nanti properti akan tumbuh bagus,” ujarnya setelah bertemu dengan investor global Ray Dalio di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30/9/2025).
Menurut Purbaya, sektor properti akan menjadi motor penggerak karena perbankan mulai mencari saluran kredit yang lebih jelas.
“Walau nanti sahamnya naik. Karena bank lagi bingung nyalurin uang kemana. Saya pikir nanti pelan-pelan akan masuk ke sektor properti di mana ketika orang pinjam jaminannya clear. Ini belum ke sana, saya pikir nggak lama lagi akan ke sana. Itu artinya semen akan naik kencang.”
Selain properti, sektor makanan dan minuman juga diperkirakan tumbuh signifikan seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat.
“Makanan minuman akan naik kencang. Karena aktivitas ekonomi jalan. Jadi harusnya sih across the board yang mengalami pertumbuhan lebih cepat. Ini kan yang kita masukin ke sistem.”
Purbaya menegaskan bahwa pemerintah fokus menciptakan iklim kondusif bagi pelaku ekonomi untuk mengoptimalkan potensi bisnis.
“Saya enggak sepintar pelaku-pelaku ekonomi di sana untuk menentukan yang mana yang paling pas buat mereka. Yang saya lakukan adalah menciptakan keadaan di mana mereka mengoptimalkan apa-apa yang mereka butuhkan maupun bisnis apa yang mereka ingin kerjakan.”