Emas Dunia Tembus 4.000 Dolar, Ini Penyebabnya

Harga Emas Dunia Melampaui Level 4.000 Dolar AS Per Ons

JAKARTA – Harga emas dunia mencatatkan peningkatan signifikan pada akhir perdagangan Rabu, waktu setempat, atau Kamis pagi WIB. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, harga emas melampaui level psikologis 4.000 dolar AS per ons.

Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

Di pasar spot, harga emas naik sebesar 1,7 persen menjadi 4.050,24 dolar AS per ons. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga menguat 1,7 persen, mencapai 4.070,5 dolar AS per ons.

Menurut Matthew Piggott, Direktur Emas dan Perak Metals Focus, penguatan emas mencerminkan kondisi makroekonomi dan geopolitik yang sangat mendukung aset safe haven. Selain itu, kekhawatiran terhadap aset-aset safe haven tradisional lainnya turut memperkuat minat investor terhadap logam mulia ini.

Sepanjang tahun ini, harga emas sudah melonjak sekitar 54 persen, setelah sebelumnya naik 27 persen sepanjang 2024. Dengan kenaikan ini, emas menjadi salah satu aset berkinerja terbaik di 2025, mengungguli pasar saham global dan bitcoin, bahkan dollar AS serta minyak mentah yang justru merosot.

Kenaikan tajam juga terjadi pada logam mulia lainnya, seperti perak yang harganya sudah menguat 71 persen sepanjang tahun ini.

Reli logam mulia ini dipicu oleh kombinasi faktor-faktor seperti ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, meningkatnya ketidakpastian politik dan ekonomi global, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, masuknya dana ke ETF emas, serta pelemahan dollar AS.

Piggott menambahkan bahwa dengan kondisi ini yang kemungkinan masih bertahan hingga 2026, belum ada katalis yang dapat menekan harga emas secara signifikan. Ia memperkirakan emas akan terus menanjak dan berpotensi menantang level 5.000 dolar AS per ons.

Faktor-Faktor Mendorong Kenaikan Harga Emas

Selain itu, penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang memasuki hari kedelapan telah menunda publikasi sejumlah data ekonomi penting. Hal ini membuat pelaku pasar bergantung pada data sumber non-pemerintah untuk menilai arah kebijakan moneter The Fed.

Pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan Oktober ini, dengan penurunan serupa diperkirakan terjadi pada bulan Desember.

Risalah rapat The Fed yang digelar pada 16-17 September menunjukkan sebagian besar pejabat setuju bahwa risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat cukup signifikan sehingga mendukung penurunan suku bunga, meskipun sebagian masih waspada terhadap tekanan inflasi.

Krisis global seperti konflik di Timur Tengah, perang di Ukraina, serta gejolak politik di Prancis dan Jepang turut memperkuat minat investor terhadap emas sebagai aset lindung nilai.

Arus Dana Masuk ke ETF Emas

Menurut data World Gold Council, arus dana masuk ke ETF emas global telah mencapai 64 miliar dolar AS sepanjang tahun ini, dengan rekor bulanan sebesar 17,3 miliar dolar AS pada September. Faktor takut ketinggalan atau fear of missing out (FOMO) turut menjadi pendorong tambahan reli emas dan perak.

Sementara itu, HSBC menaikkan proyeksi harga rata-rata perak untuk 2025 menjadi 38,56 dolar AS per ons dan 44,50 dolar AS per ons untuk 2026, seiring dengan ekspektasi terus menguatnya harga emas dan meningkatnya permintaan investor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *