Gagal ke Gaza, 3 Relawan Global Kembali ke Indonesia

Kembali ke Indonesia, Relawan Global Sumud Flotilla Mengungkap Perjuangan Mereka

JAKARTA – Tiga relawan yang tergabung dalam misi Global Sumud Flotilla telah kembali ke Indonesia setelah gagal menembus blokade Israel di Gaza.

Mereka adalah Wanda Hamidah, Muhammad Fatur Rohman, dan Muhammad Husein. Ketiganya mengaku telah berjuang keras untuk membuka akses bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina.

Wanda Hamidah, salah satu aktivis dari Indonesia, menjelaskan perjalanan mereka selama misi ini. Ia menyatakan bahwa dirinya dan Fatur sudah siap menerima konsekuensi apapun, termasuk penangkapan atau penahanan oleh pihak Israel.

“Kami sudah bersiap menerima segala risiko, baik itu ditangkap, dideportasi, atau bahkan ditahan di penjara Israel,” ujar Wanda saat memberikan keterangan pers.

Misi ini dimulai dengan partisipasi dari berbagai kelompok seperti Indonesian Global Palestine Coalition (IGPC) dan Aqsa Working Group. Wanda dan Fatur bertemu di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, setelah masing-masing berangkat dari negara masing-masing.

Namun, proses perjalanan tidak mudah. Fatur awalnya berada di kapal Observer, tetapi pada menit terakhir kapten kapal memutuskan untuk mengurangi jumlah penumpang.

Akibatnya, Fatur dipindahkan ke kapal Kamr, sebuah perahu kecil yang hanya berisi enam orang dari berbagai negara.

Sementara itu, kapal-kapal lain seperti Kaiser, Observer, dan Nusantara mengalami kerusakan sebelum mencapai Italia. Delegasi Indonesia terdampar di pelabuhan Sisilia dan harus menunggu selama dua minggu.

Mereka berharap bisa bergabung dengan konvoi Global Sumud Flotilla yang akan berlayar ke Gaza. Sayangnya, harapan tersebut tidak terwujud karena tidak ada lagi kapal yang berani melanjutkan perjalanan ke wilayah tersebut.

“Hingga hari kepulangan, kami masih berkumpul di kapal Nusantara. Kapal ini adalah kapal terakhir yang menuju Gaza, tetapi akhirnya tidak diizinkan berlayar karena alasan tertentu,” kata Wanda.

Ia menjelaskan bahwa kapal tersebut tidak diberi izin karena khawatir para relawan akan berlayar sendirian tanpa dukungan pihak lain.

Perjuangan untuk mencari kapal yang mampu menembus blokade sangat rumit. Wanda mengungkapkan bahwa ia telah membayangkan dirinya berada di penjara Israel.

Jika tertangkap, para relawan harus menandatangani surat untuk dideportasi. Jika menolak, maka mereka akan ditahan oleh pasukan Israel.

“Semua yang kami lakukan adalah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia, bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk membantu Palestina lepas dari penjajahan,” ujar Wanda.

Fatur juga menyatakan bahwa ia akan terus berjuang untuk menembus blokade Israel. Ia mengatakan bahwa akan ada gelombang baru yang lebih besar dan kuat dalam waktu dekat. “Kami akan membuat gerakan yang lebih besar dan lebih solid untuk menembus blokade Gaza,” katanya.

Meski misi kali ini gagal, semangat para relawan tidak pernah padam. Mereka tetap percaya bahwa perjuangan untuk kemerdekaan Palestina adalah perjuangan yang penting dan layak dilakukan.

Dengan pengalaman yang telah mereka dapatkan, mereka akan terus berupaya untuk membawa bantuan kemanusiaan dan mendukung rakyat Palestina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *