Inovasi Berbasis Riset untuk Peternakan yang Lebih Berkelanjutan
YOGYAKARTA – Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menghadirkan berbagai inovasi yang berasal dari riset untuk menjawab tantangan yang semakin kompleks dalam industri peternakan.
Teknologi-teknologi terkini dalam bidang nutrisi pakan diperkenalkan dengan tujuan menciptakan sistem peternakan yang sehat, efisien, dan ramah lingkungan.
Menurut peneliti Fakultas Peternakan UGM, Muhlisin, S.Pt., M.Agri., Ph.D., IPP., industri peternakan merupakan salah satu pilar utama dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Namun, di balik pertumbuhan pesat sektor ini, ada beberapa tantangan serius yang perlu segera diatasi.
Masalah seperti ketergantungan pada impor bahan baku pakan, penggunaan antibiotik berlebihan, kontaminasi mikotoksin, serta meningkatnya emisi gas rumah kaca dan amonia menjadi isu penting yang harus dihadapi secara serius.
Tekanan global terhadap keberlanjutan semakin kuat. Industri peternakan tidak hanya dituntut untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga harus memperhatikan efisiensi, kesejahteraan hewan, serta pengurangan jejak karbon.
Jika tidak segera bertransformasi, peternakan bisa menjadi penyumbang besar terhadap degradasi lingkungan dan krisis pangan di masa depan.
Inovasi Nutrisi Pakan untuk Peternakan Berkelanjutan
Fakultas Peternakan UGM telah mengembangkan berbagai inovasi yang saling melengkapi. Salah satunya adalah probiotik Lactobacillus plantarum BN21 hasil isolasi dan pengembangan yang terbukti mampu menyehatkan usus ayam, meningkatkan efisiensi pakan, sekaligus menekan penggunaan antibiotik.
Selain itu, dikembangkan pula mineral herbal untuk unggas, yaitu formulasi nutrisi berbasis bahan alami yang tidak hanya memenuhi kebutuhan mikro tetapi juga memperkuat sistem imun unggas dengan cara yang lebih ramah lingkungan.
Untuk ternak ruminansia, hadir suplemen praktis Pronisblok+ dalam bentuk blok yang mudah diberikan peternak, memastikan asupan mineral tercukupi, serta mendukung kesehatan, reproduksi, dan produktivitas ternak.
Masalah besar berupa kontaminasi mikotoksin pada pakan juga diatasi dengan inovasi toxin binder yang berfungsi mengikat aflatoksin agar tidak terserap tubuh ternak, menjaga kesehatan hati, sekaligus menjamin keamanan pangan asal ternak.
Selain itu, UGM merancang pakan unggas rendah protein yang dipadukan dengan feed additive cerdas. Formulasi ini tidak hanya menekan emisi nitrogen yang mencemari lingkungan, tetapi juga menjaga performa ayam tetap optimal.
Konsep Circular Economy dalam Peternakan
Konsep circular economy diperkuat dengan pemanfaatan minyak maggot, yakni produk turunan larva black soldier fly (BSFL) sebagai sumber energi kaya asam lemak laurat yang memiliki efek imunostimulan.
Tak hanya itu, UGM juga mengembangkan instrumen riset berupa methane chamber untuk mengukur emisi metana dari ruminansia. Teknologi ini menjadi fondasi penting dalam penelitian mitigasi emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan, sehingga dapat diarahkan pada solusi konkret untuk isu perubahan iklim global.
Dari Kampus ke Peternakan
Muhlisin menegaskan bahwa inovasi yang dihasilkan UGM bukan hanya berhenti di laboratorium, melainkan siap diterapkan di lapangan.
Riset ini hadir nyata untuk masyarakat dan industri, menjembatani kampus, peternak, dan dunia usaha menuju sistem peternakan yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.
Dengan berbagai terobosan ini, Fakultas Peternakan UGM berharap dapat memperkuat kemandirian bangsa dalam produksi pakan dan pangan asal ternak, sekaligus menjadi bagian dari solusi global menghadapi krisis pangan dan perubahan iklim.