BANDUNG – Sebuah inisiatif radikal untuk merevolusi wajah pendidikan dan kesehatan di sekolah-sekolah Jawa Barat secara resmi dicanangkan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meluncurkan program ambisius bertajuk “Piala Anugerah Panca Waluya”, sebuah inisiatif yang menargetkan dua masalah paling mendasar di lingkungan sekolah: sanitasi dan sampah.
Melalui program ini, Dedi Mulyadi mewajibkan setiap ruang kelas untuk memiliki toilet pribadi dan menantang setiap sekolah untuk mengubah sampah menjadi laboratorium hidup bagi para siswa.
Pengumuman ini disampaikan setelah rapat koordinasi kepala daerah di Pendopo Bupati Cianjur pada malam Sabtu 9 Agustus 2025, menandai era baru dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang sehat, bermartabat, dan ramah lingkungan di seluruh tatar Pasundan.
“Satu Kelas, Satu Toilet”: Revolusi Sanitasi untuk Martabat dan Kesehatan Siswa
Poin paling menonjol dan berpotensi mengubah lanskap sekolah secara drastis adalah kebijakan “Satu Kelas, Satu Toilet”. Selama ini, masalah sanitasi menjadi salah satu isu kronis di dunia pendidikan Indonesia. Kurangnya jumlah toilet yang bersih dan layak seringkali menjadi penyebab penyebaran penyakit dan menurunkan kenyamanan belajar siswa.
Gubernur Dedi Mulyadi melihat ini sebagai masalah mendasar yang harus segera diakhiri.
“Kami menciptakan sekolah-sekolah bersih melalui Piala Anugerah Panca Waluya. Setiap kelas harus memiliki satu toilet agar kebutuhan sanitasi terpenuhi dengan baik,” kata Dedi.
Kebijakan ini lebih dari sekadar membangun fasilitas fisik. Ini adalah investasi dalam kesehatan dan martabat siswa. Dengan toilet yang terintegrasi di setiap kelas, akses terhadap sanitasi menjadi lebih mudah, aman, dan bersih.
Hal ini diharapkan dapat mengurangi angka penyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk, seperti diare, serta memastikan para siswa, terutama siswi, dapat belajar dengan tenang dan nyaman tanpa perlu antre atau menggunakan toilet yang kotor dan jauh.
Piala Penghargaan Panca Waluya: Lebih dari Sekadar Kompetisi Kebersihan
Nama “Panca Waluya” sendiri penuh makna filosofis. “Panca” berarti lima, sedangkan “Waluya” dalam bahasa Sunda berarti sehat, selamat, atau sejahtera.
Program ini dirancang sebagai sebuah kompetisi yang mendorong sekolah untuk unggul dalam lima pilar utama kesejahteraan lingkungan belajar: kebersihan, kesehatan, pengelolaan lingkungan, pembelajaran aplikatif, dan pembentukan karakter.
Sekolah-sekolah di seluruh Jawa Barat akan dinilai dan didorong untuk berinovasi dalam menciptakan lingkungan terbaik. Sekolah yang berhasil akan diberi penghargaan, yang diharapkan menjadi simbol prestise dan pemicu semangat bagi sekolah lain untuk berbenah.
Mengubah Sampah Menjadi Laboratorium Hidup
Pilar kedua yang tidak kalah revolusioner adalah kewajiban bagi setiap sekolah untuk mengelola sampahnya secara mandiri. Namun, Dedi Mulyadi tidak ingin ini hanya menjadi kegiatan rutin membuang sampah pada tempatnya. Ia ingin mengubah sampah menjadi sarana belajar yang nyata dan aplikatif.
Kurikulum Praktis untuk Guru Sains
Secara spesifik, Dedi menantang para guru mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi untuk menjadi motor penggerak inovasi ini.
-
Pelajaran Biologi:Siswa dapat belajar langsung tentang dekomposisi, ekosistem mikro, dan siklus nutrisi melalui praktik pembuatan kompos dari sampah organik sekolah.
-
Pelajaran Kimia:Proses daur ulang plastik, pembuatanekobrik, atau bahkan analisis kandungan kimia dalam limbah (cairan sampah) dapat menjadi proyek penelitian yang menarik.
-
Pelajaran Fisika:Konsep energi terbarukan dapat diajarkan melalui pembuatan biogas sederhana dari sampah makanan bekas di kantin sekolah.
Kunjungan Studi ke TPA, Bukan Lagi ke Mal
Untuk memperkuat pemahaman siswa, Dedi juga mengusulkan perubahan paradigma dalam kegiatankelas outingatau studi tur.
“Dengan adanya pengelolaan sampah mandiri di sekolah, kegiatan studi tur dankelas outingdapat diarahkan untuk mengunjungi lokasi pengelolaan sampah,” jelasnya. “Sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung dan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga lingkungan.”
Bayangkan, siswa tidak lagi hanya diajak ke pusat perbelanjaan atau tempat rekreasi, tetapi juga ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) modern atau pusat daur ulang untuk melihat langsung bagaimana sampah yang mereka hasilkan dikelola dalam skala besar. Pengalaman ini diyakini akan menanamkan kesadaran lingkungan yang jauh lebih mendalam.
Visi Jangka Panjang: Mencetak Generasi Peduli Lingkungan
Pada intinya, program Piala Anugerah Panca Waluya adalah sebuah visi jangka panjang. Tujuannya bukan sekadar mengejar piala atau membuat sekolah tampak bersih sesaat. Ini adalah upaya sistematis untuk membentuk karakter dan pola pikir generasi baru Jawa Barat.
Dengan menjadikan sanitasi yang layak sebagai standar dan pengelolaan sampah sebagai bagian dari kurikulum, Pemprov Jabar berharap dapat melahirkan jutaan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran, tanggung jawab, dan kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan diri dan kelestarian lingkungan hidup mereka.