BREBES – Dinas Kabupaten Brebes mencatat, sedikitnya ada 12.808 balita di kabupaten termiskin kedua di Jawa Tengah ini masuk kategori stunting. Angka tersebut tarikan dari Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) per 7 Agustus 2025.
Sementara merujuk pada Data Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Brebes menempati urutan kedua sebagai kabupaten termiskin setelah Kabupaten Kebumen. Angka kemiskinan Brebes tercatat 15,71 persen di tahun 2024, atau 283,28 ribu jiwa penduduk Brebes hidup di bawah garis kemiskinan.
Kepala Dinas Kabupaten Brebes, Ineke Tri Sulistyowati mengatakan, dari total 97.755 balita di Kabupaten Brebes yang ditimbang pada bulan Juni 2025, sekitar 13,10 persen atau 12.808 balita di antaranya masuk kategori stunting.
“Untuk menekan prevalensi stunting di wilayahnya, Pemkab Brebes melakukan penanganan dengan melibatkan masing-masing OPD, kecamatan hingga pemerintah desa,” kata Ineke kepada wartawan, Rabu 13 Agustus 2025.
Ineke melanjutkan, untuk penanganan stunting di Kabupaten Brebes dilakukan dengan intervensi sensitif dan intervensi spesifik. Untuk intervensi sensitif, Pemkab Brebes menggerakkan semua OPD untuk turut mengatasi stunting.
“Termasuk dari Dinas Pertanian yang sudah mengalokasikan bantuan pangan berupa beras khusus bervitamin, telur, dan susu. Itu sudah disalurkan ke berberapa kecamatan, tadi juga disalurkan ke Kecamatan Salem. Ini juga dibantu Baznas, tujuannya agar balita bisa mengkonsumsi itu,” lanjut Ineke.
Ineke melanjutkan, Dinas Kesehatan juga telah mengalokasikan anggaran dari masing-masing puskesmas dengan pemberian makanan tambahan (PMT). Masing-masing pemerintah desa juga sudah mengalokasikan anggaran untuk PMT.
“Untuk penanganan ada intervensi sensitif untuk jangka panjang, seperti edukasi jaminan kesehatan, air bersih, dan KB, yang secara terus menerus dilakukan. Kami beri edukasi pencegahan stunting dan edukasi makanan bergizi itu bagaimana,” lanjut Ineke.
Ineke menambahkan, untuk intervensi spesifik, seperti yang dilakukan Dinas Kesehatan dimulai dari remaja melalui pemberian tablet tambah darah untuk remaja. Kerena anemia bisa berpotensi melarikan bayi stunting.
“Ini agar calon pengantin agar lebih memahami 1000 hari pertama kehidupan,” tambahnya.