Tragedi Berduka di Glamping Alahan Panjang
SOLOK – Suasana bahagia yang seharusnya menyelimuti pasangan pengantin baru asal Solok, Sumatera Barat, mendadak berubah menjadi duka mendalam. Cindy Desta Nada (28) dan suaminya, Gilang Kurniawan (28), baru saja menikah pada Minggu (5/10/2025).
Namun hanya tiga hari setelah pernikahan itu, Cindy ditemukan tak bernyawa di kamar penginapan mereka di kawasan wisata Glamping Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.
Sementara sang suami, Gilang, kini masih berjuang antara hidup dan mati di ruang perawatan intensif RSUD Arosuka setelah diduga mengalami keracunan gas dari pemanas air (water heater) di kamar mandi.
Tragedi itu terungkap pada Rabu (8/10/2025) pagi. Sekitar pukul 07.30 WIB, staf penginapan menemukan keduanya dalam keadaan tidak sadarkan diri di kamar mereka. Ditemukan Tak Sadarkan Diri di Kamar Mandi
Kapolsek Lembah Gumanti, AKP Barata, membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut laporan pertama datang dari pengelola penginapan yang panik setelah tamu mereka tidak keluar kamar meski waktu check-out sudah hampir lewat.
“Benar, kami menerima laporan sekitar pukul 07.30 WIB. Dua orang tamu ditemukan dalam keadaan tidak sadar. Satu laki-laki tergeletak di lantai kamar mandi, dan seorang perempuan tergeletak di belakang pintu kamar mandi,” kata AKP Barata saat dikonfirmasi Jumat (10/10/2025).
Saksi utama, Jajang (35), karyawan penginapan yang pertama kali menemukan korban, menceritakan detik-detik mencekam itu.
“Saya ketuk pintu berkali-kali, tidak ada jawaban. Saya curiga, akhirnya saya buka pakai kunci cadangan. Begitu pintu kamar mandi dibuka, bau gas langsung menyengat. Saya lihat suaminya jatuh di dekat wastafel, istrinya di belakang pintu,” ungkap Jajang dengan suara bergetar.
Jajang kemudian memanggil rekan-rekannya untuk membantu memberikan pertolongan pertama. Mereka segera menyalakan ventilasi kamar dan membawa korban keluar untuk diberi oksigen portabel.
Keduanya langsung dilarikan ke Puskesmas Alahan Panjang, namun nyawa Cindy tak tertolong. Sekitar pukul 08.35 WIB, ia dinyatakan meninggal dunia.
“Korban laki-laki masih sempat bernapas meski lemah. Ia segera dirujuk ke RSUD Arosuka untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut,” ujar Kapolsek.
Dugaan Kuat, Keracunan Gas dari Pemanas Air
Penyebab pasti meninggalnya Cindy masih menunggu hasil pemeriksaan medis dan laboratorium, namun polisi menduga kuat keduanya keracunan gas dari tabung LPG 12 kilogram yang digunakan untuk pemanas air di kamar mandi glamping tersebut.
“Dugaan awal adalah keracunan gas, bisa karena kebocoran pada selang atau ventilasi kamar mandi yang tidak memadai. Namun kami masih melakukan olah TKP dan pemeriksaan saksi,” ujar AKP Barata.
Menurut keterangan awal dari teknisi penginapan, pemanas air di kamar itu memang menggunakan sistem gas LPG, bukan pemanas listrik. Tabung gas diletakkan di dalam kamar mandi, tepat di sudut dekat kloset posisi yang sangat berisiko karena ruang tertutup dan lembap.
Dugaan itu semakin kuat setelah beredar foto viral di media sosial yang memperlihatkan kondisi kamar mandi korban. Dalam foto tersebut tampak tabung LPG berwarna pink berada tak jauh dari pemanas air, memicu kekhawatiran publik soal kelalaian pihak pengelola.
“Seharusnya tabung gas tidak boleh berada di ruangan tertutup, apalagi kamar mandi. Kalau ada kebocoran kecil saja, gas bisa cepat menumpuk dan menyebabkan sesak napas atau keracunan karbon monoksida,” jelas Irwan Siregar, dosen teknik lingkungan Universitas Andalas, saat dimintai pendapat.
Kronologi Sebelum Tragedi
Berdasarkan penyelidikan awal, Cindy dan Gilang check-in di glamping itu pada Senin (6/10/2025) siang. Mereka diketahui pasangan pengantin baru dari Kota Solok yang ingin menikmati suasana dingin pegunungan di kawasan Alahan Panjang destinasi favorit yang dikenal dengan pemandangan Danau Diatas dan Danau Dibawah.
Sore itu, keduanya sempat mengunggah foto romantis di media sosial, berpose di depan tenda glamping dengan caption, “Bulan madu pertama kami, semoga penuh berkah.” Namun keesokan harinya, pasangan itu tak terlihat keluar kamar.
Staf penginapan mengira mereka masih beristirahat. Hingga pagi hari berikutnya, ketika tamu lain sudah mulai check-out, kamar mereka tetap tertutup rapat. “Saat itu kami mulai curiga karena tidak ada respons dari dalam kamar. Begitu dibuka, ternyata sudah dalam kondisi seperti itu,” ujar Jajang.
Penyelidikan Polisi dan Dinas Terkait
Tim Inafis Polres Solok bersama Unit Reskrim Polsek Lembah Gumanti langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memeriksa instalasi pemanas air di seluruh unit glamping.
Polisi juga mengamankan tabung gas, selang, dan regulator sebagai barang bukti. Selain itu, mereka memeriksa izin operasional dan standar keselamatan penginapan tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Solok, Yulizar, mengatakan bahwa pihaknya ikut meninjau lokasi pasca kejadian. Ia mengakui, meski konsep glamping sedang populer, banyak pengelola yang belum sepenuhnya memenuhi standar keamanan fasilitas.
“Banyak glamping swasta berdiri cepat karena tren wisata alam meningkat. Namun tidak semua memiliki sistem keamanan yang baik, terutama terkait listrik dan gas,” ungkapnya.
Yulizar menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh penginapan dan glamping di kawasan wisata Alahan Panjang.
“Ini menjadi pelajaran berharga. Kami akan mewajibkan semua pengelola melakukan audit keamanan, terutama untuk instalasi yang berpotensi menimbulkan bahaya seperti water heater berbasis gas,” katanya.
Keluarga Syok dan Minta Keadilan
Kabar duka itu mengguncang keluarga besar korban. Rumah orang tua Cindy di Kelurahan Nan Balimo, Kota Solok, dipenuhi pelayat sejak Kamis pagi. Ibunda korban, Rinawati (56), menangis histeris saat peti jenazah putrinya tiba di rumah duka.
“Anak saya baru menikah, baru mau mulai hidup baru, tapi malah begini. Saya tidak sangka, bulan madu pertama jadi yang terakhir,” ujarnya lirih.
Keluarga berharap polisi mengusut tuntas kasus ini dan menindak siapa pun yang lalai. “Kami tidak ingin menuduh, tapi kami ingin ada keadilan. Kalau memang penginapan itu tidak aman, jangan sampai ada korban lagi,” tambah ayah korban, Desta Supriyono (60).
Peringatan bagi Pengelola dan Wisatawan
Kepolisian mengimbau agar kejadian serupa tidak terulang. Masyarakat diminta lebih waspada ketika menginap di tempat wisata dengan fasilitas gas.
“Pastikan ruangan memiliki ventilasi cukup, jangan ragu menolak penggunaan tabung gas di kamar mandi, dan segera laporkan jika mencium bau gas,” tegas AKP Barata.
Ia juga menegaskan, penyelidikan masih berjalan. Hasil autopsi dan uji laboratorium gas akan menentukan penyebab pasti kematian Cindy.
Kini, Gilang masih dirawat di ruang ICU dengan kondisi belum stabil. Dokter menyebut tingkat keracunan cukup parah, namun masih ada peluang untuk sembuh. Sementara di rumah duka, keluarga Cindy hanya bisa pasrah.
Di tengah linangan air mata, mereka berharap tragedi ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. “Anak kami mungkin sudah tidak bisa kembali, tapi kami ingin tidak ada lagi korban karena kelalaian seperti ini,” ujar Rinawati pelan.
Bulan madu yang seharusnya menjadi awal kisah cinta abadi, kini berubah menjadi perpisahan selamanya. Tragedi di Alahan Panjang menjadi pengingat bahwa keselamatan tamu harus selalu di atas segalanya bahkan di tengah keindahan alam yang menawan.