Kisah Muda W R Supratman di Makassar dan Kelahiran Indonesia Raya

Peran Makassar dalam Sejarah Lagu “Indonesia Raya”

Di tengah peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus, lagu “Indonesia Raya” kembali membangkitkan semangat nasionalisme di seluruh penjuru negeri. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa melodi agung yang kini menjadi lambang persatuan bangsa ini tak lepas dari peran kota Makassar.

Di sinilah Wage Rudolf Supratman, sang pencipta lagu, menghabiskan masa mudanya, mendapatkan inspirasi, dan mengembangkan bakat musiknya, menjadikannya tonggak sejarah penting yang menghubungkan sang maestro dengan kota bersejarah di Sulawesi Selatan ini.

Hari ini, 17 Agustus 2025, seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80. Di berbagai penjuru negeri, bendera Merah Putih berkibar megah, diiringi alunan syahdu lagu kebangsaan kita, “Indonesia Raya.”

Lagu ini bukan sekadar melodi, melainkan jiwa dan semangat perjuangan bangsa yang telah berabad-abad dirindukan. Di balik setiap bait liriknya, terukir nama besar seorang pahlawan nasional, sang pencipta yang berani dan visioner: Wage Rudolf Supratman.

Banyak dari kita mengenal namanya, namun hanya sedikit yang memahami secara mendalam siapa sebenarnya sosok W.R. Supratman. Ia adalah seorang pejuang sejati yang tidak mengangkat senjata, melainkan berjuang dengan pena dan biola.

Lagu “Indonesia Raya” adalah senjata utamanya, yang membangkitkan semangat persatuan dan nasionalisme di tengah kegelapan penjajahan.

Profil Lengkap W.R. Supratman, Sang Seniman Revolusioner

Wage Rudolf Supratman lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 19 Maret 1903. Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang sersan tentara KNIL, dan ibunya bernama Siti Senen. Sejak kecil, W.R. Supratman sudah menunjukkan bakatnya dalam bidang musik.

Masa remajanya dihabiskan di Makassar, Sulawesi Selatan, bersama kakak iparnya, Willem van Eldik. Di sinilah ia mendapatkan pendidikan formal dan mulai mengembangkan minatnya pada musik.

Willem van Eldik, yang juga seorang pemain biola, mengajarkan W.R. Supratman cara bermain biola dan memberinya sebuah biola sebagai hadiah. Alat musik inilah yang kemudian menjadi sahabat setianya dalam menciptakan karya-karya revolusioner.

Perjalanan Karier dan Perjuangan WR Supratman

  • Jurnalis dan Wartawan

    Sebelum dikenal sebagai komponis, W.R. Supratman adalah seorang jurnalis yang gigih. Ia pernah bekerja di surat kabar “Kaum Kita” dan “Fajar Asia.” Melalui tulisan-tulisannya, ia mengkritik kebijakan kolonial dan menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia.

  • Penciptaan “Indonesia Raya”

    Pada 1928, ia membaca sebuah artikel yang menantang para musisi Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Terinspirasi oleh semangat persatuan, ia mulai menggubah melodi dan lirik “Indonesia Raya.”

  • Kongres Pemuda II

    Lagu “Indonesia Raya” pertama kali diperdengarkan secara instrumental menggunakan biolanya pada penutupan Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928, di Jakarta. Momen ini adalah puncaknya, di mana lagu tersebut diterima dengan antusias dan menjadi simbol semangat Sumpah Pemuda.

  • Penderitaan dan Kematian

    Setelah lagu “Indonesia Raya” menjadi populer, W.R. Supratman menjadi target intelijen Belanda. Ia ditangkap dan dipenjara beberapa kali. Pada tahun 1938, kesehatannya menurun drastis dan ia meninggal dunia di Surabaya pada 17 Agustus 1938, tepat 7 tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kematiannya begitu tragis, namun karyanya tetap abadi.

Silsilah Keluarga W.R. Supratman

  • Ayah: Djoemeno Senen Sastrosoehardjo
  • Ibu: Siti Senen
  • Kakak Ipar: Willem van Eldik (Suami dari Roekijem, kakak perempuannya)

Karya Lain Selain Indonesia Raya

Selain “Indonesia Raya” yang legendaris, W.R. Supratman juga menciptakan beberapa lagu perjuangan lainnya yang tidak kalah penting dalam membangkitkan semangat nasionalisme:

  1. “Di Timur Matahari”

    Lagu ini diciptakan untuk mengenang para pejuang yang gugur. Melodinya penuh semangat dan menginspirasi perjuangan.

  2. “Ibu Kita Kartini”

    Diciptakan sebagai penghormatan kepada R.A. Kartini, pahlawan emansipasi wanita. Lagu ini sering dinyanyikan di sekolah-sekolah dan menjadi lagu wajib pada peringatan Hari Kartini.

  3. “Pada Pahlawan”

    Lagu ini diciptakan untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa.

  4. “Mars Kemerdekaan”

    Lagu ini merupakan salah satu lagu perjuangan yang penuh semangat, diciptakan untuk menyemangati para pejuang Indonesia.

W.R. Supratman adalah sosok yang membuktikan bahwa perjuangan tidak selalu harus dengan kekerasan. Dengan biola, pena, dan semangat yang membara, ia telah menorehkan sejarah yang takkan terlupakan. Lagu “Indonesia Raya” bukan sekadar lagu, melainkan sumpah abadi yang terus berkumandang, mengingatkan kita akan arti sebuah kemerdekaan.

Setiap kali kita menyanyikan lagu ini, kita tidak hanya menghormati bendera Merah Putih, tetapi juga mengenang jasa besar Wage Rudolf Supratman, sang pahlawan yang menginspirasi lahirnya sebuah bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *