Kehidupan Masyarakat Desa Haju Wangi yang Masih Terbelakang
MANGGARAI – Masyarakat Desa Haju Wangi, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, masih belum menikmati listrik negara hingga saat ini. Hal ini membuat kehidupan mereka terasa seperti kembali ke zaman purba, terutama dalam hal penerangan dan aktivitas sehari-hari.
Tinus J, salah satu warga setempat, mengungkapkan bahwa masyarakat di desa itu masih bergantung pada lampu pelita untuk penerangan malam hari. Ia menjelaskan bahwa anak-anak sekolah juga masih membutuhkan lampu pelita agar bisa belajar dengan baik.
“Kami di sini masih hidup seperti zaman purbakala. Anak-anak sekolah masih andalkan lampu pelita untuk bisa belajar,” ujarnya saat dihubungi dari Labuan Bajo, Kamis (9/10/2025) pagi.
Menurut Tinus, sebagian warga yang memiliki ekonomi cukup menggunakan lampu solar atau genset sebagai alternatif penerangan. Namun, ia menilai bahwa kehadiran listrik negara sangat mendesak, karena tidak hanya berdampak pada kehidupan masyarakat, tetapi juga membantu operasional fasilitas publik seperti sekolah, Pustu, dan kantor desa.
“Bayangkan kalau ada kegiatan pemerintah di desa Haju Wangi, pasti pusing cari BBM untuk hidup generator. Padahal negara ini sudah merdeka puluhan tahun lamanya,” tambahnya dengan nada kesal.
Pihak desa pun telah meminta PLN untuk segera memperluas jaringan listrik negara ke wilayah tersebut. Tinus berharap, sekarang listrik menjadi kebutuhan dasar masyarakat, dan ia ingin menikmati listrik negara seperti desa-desa lain.
Perjuangan Warga untuk Mendapatkan Listrik Negara
Tokoh adat Desa Haju Wangi, Fransiskus Ompor, mengatakan bahwa pihaknya pernah datang langsung ke Kantor UP2K Flores di Ruteng pada April 2024 lalu. Saat itu, PLN menjanjikan akan memperluas jaringan listrik ke desa tersebut pada Desember 2024.
“Kami pergi menyampaikan permintaan langsung dengan Kepok adat Manggarai ke Kantor UP2K Flores di Ruteng. Sampai sekarang janji belum terealisasi,” ujar Fransiskus.
Ia juga merasa heran karena hanya desa mereka yang belum menikmati listrik, sementara desa tetangga seperti Satar Padut yang berjarak 7 kilometer sudah lama dialiri listrik. Menurutnya, masyarakat desa siap membantu proses perluasan jaringan jika diperlukan.
“Sudah dari dulu kami sangat merindukan hadirnya listrik negara ke desa Haju Wangi. Tetapi rindu kami tidak kunjung terwujud,” imbuhnya.
Tanggapan dari PLN
Menanggapi keluhan warga, Kepala UP2K Flores, Albertus Koko, mengaku pihaknya telah melakukan survei untuk perluasan jaringan ke Desa Haju Wangi. Namun, anggaran belum disetujui oleh PLN pusat.
Ia juga membenarkan bahwa warga telah datang ke kantor UP2K Flores. “Dari perencanaan kami, Haju Wangi sudah disurvei. Kami juga sudah usulkan. Terkait realisasi tergantung persetujuan anggaran dari pusat,” katanya.
Albertus berharap masyarakat Desa Haju Wangi tetap bersabar dan menunggu kabar lebih lanjut dari PLN. Ia berharap, suatu saat nanti, desa tersebut dapat menikmati listrik negara seperti daerah lain.