Kondisi Film Animasi Merah Putih One For All di Bioskop: Rating Terendah, Hanya Raup Rp34 Juta?

Film Animasi Merah Putih: One for All, Pendapatan dan Kritik yang Menghiasi

JAKARTA – Film animasi Merah Putih: One for All masih menjadi sorotan setelah dirilis pada 14 Agustus 2025. Meski memiliki anggaran produksi yang cukup besar, film ini belum mampu menarik minat penonton secara signifikan.

Hingga hari ke-6, jumlah penontonnya tercatat hanya sekitar 2.276 orang, jauh dari ekspektasi yang diharapkan. Pendapatan dari film ini juga tidak mencapai target. Jika mengacu pada rata-rata pendapatan per penonton sebesar Rp15 ribu, maka total pendapatan yang diperoleh hanya sekitar Rp34.140.000.

Angka ini sangat jauh dari kinerja film-film lain seperti Demon Slayer Infinity Castle, yang sudah mencapai lebih dari satu juta penonton. Dari penghitungan ini, terlihat bahwa film ini belum mampu memberikan hasil yang memadai.

Penurunan Jadwal Tayang

Berdasarkan pantauan di laman TIX ID, jadwal pemutaran film Merah Putih: One for All mulai mengalami penurunan. Di beberapa bioskop, jumlah jadwal tayang semakin sedikit.

Misalnya, di Kemang Village XXI, tersedia empat jadwal, sementara di Kelapa Gading XXI dan Alam Sutera XXI hanya tersisa dua jadwal. Di Puri XXI dan Mega Bekasi XXI, hanya ada satu slot tayang. Bahkan, di Metmall Cileungsi XXI, film ini sudah tidak lagi diputar.

Pada awal penayangan, satu bioskop bisa menayangkan film ini hingga 4 sampai 5 kali dalam sehari. Namun, saat ini jumlah jadwal tayang telah berkurang drastis.

Rating Terendah di IMDb

Film animasi ini juga mendapat banyak kritik di situs IMDb. Hingga saat ini, film ini hanya meraih rating 1 dari 10 bintang, menjadikannya salah satu film animasi lokal dengan skor terendah di platform tersebut. Banyak netizen menyampaikan kekecewaan terhadap kualitas dan narasi film yang dianggap kurang memadai.

Alasan Penonton Menonton

Beberapa penonton menyebutkan alasan mereka menonton film ini karena rasa penasaran. Salah satunya adalah Sisil, yang mengaku tertarik karena ramainya pembicaraan tentang film ini di media sosial. Ia mengatakan bahwa meskipun ceritanya oke, kualitas film jauh dari harapan.

“Aku nonton Jumbo ya, jauh banget dari segi kualitas,” ujarnya.

Dayat, penonton lainnya, juga menyampaikan alasan serupa. Ia ingin mengetahui bagaimana bentuk film ini. “Karena penasaran aja mau tau gimana bentukannya,” katanya.

Kritik dari Sutradara Hanung Bramantyo

Sutradara ternama Indonesia, Hanung Bramantyo, juga memberikan komentar terkait film ini. Setelah menonton film tersebut di hari pertama, ia menyampaikan pesan keras kepada kreator dan investor. Ia mengatakan bahwa ada kecurigaan proses yang tidak jujur dalam pembuatan film ini.

Hanung menilai bahwa anggaran produksi yang diberitakan sebesar Rp6-7 miliar tidak sepenuhnya sesuai dengan hasil yang ditunjukkan. “Jangan salahkan netizen kalau melihat ini ada udang di balik batu,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan para kreator dan investor untuk lebih hati-hati dalam menginvestasikan dana besar. “Uang 6 miliar itu gak kecil, itu gede. Ketika mau bikin film terutama animasi, tolong pilih orang-orang yang memang punya passion di bidangnya dan kredibel,” kata Hanung.

Menurutnya, pengelolaan dana yang tidak tepat sasaran membuat proyek film ini terkesan sia-sia. “Ini kesannya kalian membuang uang dan tidak sepadan dengan itu,” tambahnya.

Kesimpulan

Film Merah Putih: One for All menjadi contoh penting bagi industri perfilman Indonesia. Meskipun memiliki anggaran besar, film ini gagal menarik minat penonton dan mendapatkan kritik yang cukup keras. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi kreator dan investor untuk lebih teliti dalam mengelola dana serta memastikan kualitas film yang dihasilkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *