Pentingnya Tidur yang Cukup dan Berkualitas untuk Anak
JAKARTA – Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan fungsi otak. Sayangnya, banyak orang masih mengabaikan pentingnya waktu tidur yang cukup dan berkualitas, baik karena kesibukan, stres, maupun kebiasaan buruk sebelum tidur.
Akibatnya, tidak sedikit yang mengalami kurang tidur secara kronis tanpa menyadari risikonya.
Banyak studi menunjukkan bahwa kurang tidur berdampak serius, mulai dari gangguan konsentrasi hingga risiko penyakit kronis seperti stroke dan jantung. Di sisi lain, tidur berlebihan juga bisa menjadi tanda adanya gangguan metabolisme atau kondisi medis tertentu.
Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memahami kapan anak disebut kurang tidur dan apa saja dampaknya bagi tubuh.
Kapan Anak Disebut Kurang Tidur?
Anak disebut kurang tidur jika durasi istirahatnya tidak sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia. Misalnya, anak usia 6–12 tahun idealnya tidur selama 9–12 jam per malam, sedangkan remaja membutuhkan sekitar 8–10 jam.
Jika kebutuhan ini tidak tercukupi dalam jangka waktu tertentu, maka dampaknya bisa memengaruhi perkembangan fisik, emosional, dan kognitif mereka.
Penyebab Anak Kurang Tidur
Kurangnya jam tidur pada anak bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti:
– Paparan layar gadget menjelang tidur
– Pola tidur yang tidak konsisten
– Kecemasan atau stres berlebih
– Konsumsi makanan/minuman tertentu (misalnya berkafein)
– Lingkungan tidur yang tidak kondusif (berisik, panas, terang)
Selain itu, kebiasaan buruk sebelum tidur seperti menonton video atau bermain game dapat mengganggu sinyal tidur alami anak.
Bahaya Kurang Tidur
Kurang tidur bukan hanya membuat tubuh terasa lelah, tapi juga bisa memunculkan gejala seperti sulit fokus, emosi tidak stabil, hingga penurunan daya tahan tubuh.
Jika dibiarkan terus-menerus, efek kurang tidur bisa berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental anak, bahkan meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.
Dampak Kurang Tidur Berdasarkan Durasi
- Kurang tidur 1 hari: Anak bisa mengalami rasa kantuk berlebihan di siang hari, mudah tersinggung, dan kesulitan berkonsentrasi.
- Kurang tidur 1,5 hari: Tubuh anak mulai mengalami stres berat, sakit kepala, peningkatan nafsu makan, dan microsleep.
- Kurang tidur 2 hari: Daya tahan tubuh menurun, serta muncul gejala seperti depersonalisasi dan distorsi waktu.
- Kurang tidur 3 hari: Anak bisa mengalami halusinasi, delusi, dan kesulitan berbicara dengan jelas.
- Kurang tidur lebih dari 3 hari: Risiko kerusakan otak dan organ vital meningkat drastis, termasuk paranoia dan psikosis.
Ciri-Ciri Anak Kurang Tidur
Beberapa tanda umum anak yang kurang tidur meliputi:
– Sulit bangun pagi
– Sering mengantuk saat belajar
– Mudah marah atau tantrum
– Sering sakit
– Nafsu makan berubah
– Penurunan kemampuan konsentrasi dan daya ingat
Kurang tidur juga bisa meningkatkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, stroke, penyakit jantung, dan Alzheimer.
Kapan Anak Disebut Tidur Berlebihan?
Tidur berlebihan pada anak bisa dipicu oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satunya adalah kondisi yang disebut hipersomnia, yaitu gangguan tidur langka yang menyebabkan rasa kantuk berlebihan meski anak telah tidur lebih dari 10 jam.
Hipersomnia terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder, yang muncul akibat masalah kesehatan seperti sleep apnea atau gangguan ginjal.
Selain itu, kondisi kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau stres berkepanjangan juga bisa menyebabkan anak tidur lebih lama dari biasanya. Kelelahan akibat jadwal kegiatan yang padat juga dapat membuat tubuh anak menuntut waktu istirahat yang lebih panjang.
Ciri-Ciri Anak Tidur Berlebihan
Ciri-ciri anak yang tidur berlebihan meliputi:
– Mengantuk di siang hari meskipun sudah tidur cukup
– Kebingungan saat bangun
– Sulit bangun dari tidur panjang
– Perilaku lesu, mudah marah, atau kurang fokus
Anak dengan hipersomnia seringkali membutuhkan tidur siang, tetapi tetap merasa mengantuk setelahnya.
Bahaya Tidur Berlebihan
Meski terlihat sepele, tidur terlalu lama dapat berdampak buruk bagi kesehatan anak. Tidur berlebihan dikaitkan dengan risiko meningkatnya tekanan darah, obesitas, diabetes tipe 2, dan depresi. Tidur lebih dari 10 jam juga bisa meningkatkan risiko kematian hingga 30 persen dan penyakit jantung hingga 44 persen.
Kurang Tidur vs Tidur Berlebihan, Mana yang Lebih Berbahaya?
Baik kurang tidur maupun tidur berlebihan sama-sama berisiko bagi kesehatan anak. Studi menunjukkan bahwa terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur dapat meningkatkan risiko kematian dan penyakit jantung.
Anak yang tidur kurang dari tujuh jam atau lebih dari 10 jam memiliki risiko lebih besar terkena masalah kognitif, obesitas, dan gangguan emosi.
Durasi tidur optimal untuk performa otak terbaik adalah 7–8 jam. Oleh karena itu, penting bagi orang tua menjaga durasi tidur anak tetap dalam batas yang sehat, tidak kurang dan tidak berlebihan.
Tidur bukan sekadar istirahat, melainkan investasi penting bagi kesehatan anak dan seluruh anggota keluarga. Jika Anda mencurigai anak mengalami gangguan tidur, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis atau menerapkan kebiasaan tidur sehat sejak dini.