Konsep Body Neutrality: Jalan Tengah dalam Hubungan dengan Tubuh
JAKARTA – Banyak perempuan pernah merasa tidak percaya diri terhadap penampilannya. Ada yang cenderung menyalahkan diri sendiri, sehingga membuatnya merasa terpuruk, sementara yang lain justru menerima dan mencintai tubuhnya secara berlebihan.
Kedua sikap tersebut bisa menjadi ekstrem, baik dalam bentuk toxic positivity maupun ketidakpuasan berlebihan.
Dari dua kondisi ini, konsep body neutrality (netralitas terhadap tubuh) hadir sebagai solusi yang lebih seimbang. Netralitas ini membantu seseorang untuk melihat tubuhnya dengan pandangan yang lebih jernih, tanpa terjebak dalam sikap positif atau negatif yang berlebihan.
Andra Alodita, seorang kreator konten yang aktif mengedukasi tentang wellness, menjelaskan bahwa body neutrality mengajak kita untuk berada di titik tengah.
Dalam acara talkshow yang diselenggarakan dalam peluncuran koleksi pakaian olahraga Ryse and Shyne di Jakarta pada 26 September 2025, ia menyampaikan bahwa kehidupan tidak selalu berwarna positif atau negatif.
Oleh karena itu, kita diajak untuk mencintai tubuh dengan cara yang netral, tidak terobsesi, tetapi juga tidak menghujatnya.
Istilah body neutrality mulai populer setelah diperkenalkan oleh Anne Poirier, seorang konselor spesialisasi pola makan intuitif serta gangguan makan.
Dalam bukunya yang berjudul The Body Joyfull, Poirier menekankan bahwa kita tidak perlu mencintai tubuh secara berlebihan atau membencinya. Yang lebih penting adalah memilih untuk merasa netral dan realistis terhadap tubuh.
Poirier menyarankan beberapa langkah untuk menumbuhkan body neutrality. Pertama, fokus pada apresiasi tubuh, bukan hanya pada penampilan fisik.
Kedua, mengganti pembicaraan negatif tentang tubuh dengan pernyataan netral. Ketiga, fokus pada kekuatan dan kualitas intrinsik tubuh, bukan hanya pada penampilan luar.
Andra menambahkan bahwa kita dapat menumbuhkan rasa netral ini dengan berbicara kepada diri sendiri secara positif. Ia menegaskan bahwa tubuh kita adalah rumah kita untuk menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, kita perlu berterima kasih pada tubuh kita. Dengan body neutrality, kita mencintai tubuh dengan penuh kesadaran.
Peluncuran Koleksi Perdana Ryse and Shyne
Founder & CEO Ryse and Shyne, Felicia Kawilarang, menjelaskan bahwa konsep body neutrality menjadi salah satu alasan utama dalam menciptakan pakaian olahraga Ryse and Shyne.
Menurutnya, Ryse and Shyne dirancang bukan hanya sebagai athleisure, tetapi juga sebagai ruang aman bagi perempuan untuk merasa nyaman dengan dirinya sendiri.
Ryse and Shyne berawal dari komunitas yang dibentuk pada Mei 2025. Komunitas ini bertujuan untuk mendukung kesehatan mental dan pemberdayaan perempuan.
Anggota komunitas ini aktif berbagi cerita dengan berbagai topik, seperti negative self talk, mental wellness, penerimaan diri, hingga body positivity dan neutrality.
Untuk koleksi perdanya, Felicia menjelaskan bahwa Ryse and Shyne memilih material yang ramah lingkungan dan desain yang memperhatikan detail.
Tujuannya adalah membantu perempuan merasa nyaman dengan dirinya sendiri, baik secara fisik maupun emosional. Dengan begitu, setiap perempuan dapat menemukan kenyamanan dan kepercayaan diri dalam setiap aktivitasnya.