Budaya  

Mie Ashuk Singkawang, Rasa Legendaris yang Pernah Dikunjungi Gibran

Sejarah dan Keunikan Mie Ashuk di Singkawang

Mie Ashuk, sebuah tempat makan legendaris di Singkawang, Kalimantan Barat, telah berdiri selama dua puluh tahun. Warung ini menjadi ikon kuliner kota yang sangat diminati oleh wisatawan maupun warga setempat. Ebise (42), pengelola Mie Ashuk, mengatakan bahwa dirinya merupakan generasi kedua yang mengelola warung tersebut.

“Saya sudah bekerja di sini sejak kecil. Ini adalah warung keluarga,” ujarnya. Menurutnya, Mie Ashuk dikenal dengan sajian khas mie katuk yang menggunakan resep turun-temurun tanpa banyak perubahan. Ciri khas ini membuat para pelanggan setia terus kembali meski sudah berpuluh-puluh tahun berlalu.

Popularitas Mie Ashuk bahkan menarik perhatian beberapa tokoh nasional. Salah satunya adalah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang pernah berkunjung dan mencoba menu andalan warung ini. “Kami merasa bangga karena pernah dikunjungi Mas Gibran. Itu jadi kenangan tersendiri bagi kami,” kata Ebise.

Menurutnya, kunjungan tersebut memberikan rasa bangga sekaligus memperkuat keyakinan masyarakat bahwa kuliner lokal memiliki nilai istimewa. “Bagi kami, siapa pun yang datang adalah tamu istimewa. Tapi tentu ada rasa bangga ketika ada tokoh nasional singgah ke sini,” tambah dia.

Meskipun mendapat perhatian dari tokoh penting, Mie Ashuk tetap menjaga kesederhanaannya. Tidak ada menu spesial untuk tamu tertentu. Semua pengunjung menerima sajian yang sama sesuai tradisi yang sudah ada sejak lama.

Hingga kini, menu paling favorit di Mie Ashuk adalah kwetiau telur campur dan kwetiau putih. Kedua menu ini sering habis sebelum jam tutup. Seporsi kwetiau telur campur disajikan dengan porsi melimpah, lengkap dengan telur, sayuran, dan bumbu racikan khas. Perpaduan mie katuk yang lembut dengan cita rasa gurih membuat sajian ini sulit ditiru.

“Kalau kwetiau telur campur, hampir semua orang pasti pesan itu. Bisa dibilang paling favorit,” kata Ebise. Pengunjung tidak hanya berasal dari warga lokal, tetapi juga wisatawan dari luar kota yang sengaja datang untuk mencicipi Mie Ashuk.

Suasana warung yang sederhana dengan meja kayu panjang menjadi daya tarik tersendiri. Saat Mantiq Media berkunjung, aroma tumisan yang menggugah selera sudah tercium sejak pintu masuk, memberikan nuansa hangat ala rumah makan keluarga.

Setiap hari, warung ini buka dari siang hingga sore, atau hingga persediaan mienya habis. Antrean hampir selalu terlihat, terutama di akhir pekan. Dengan perjalanan dua dekade serta kunjungan tokoh nasional, Mie Ashuk telah membuktikan diri sebagai kuliner legendaris Singkawang yang bertahan lintas generasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *