Perdana Menteri Israel Menulis Surat Keras kepada Pemimpin Australia
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengirimkan surat yang berisi pernyataan tajam kepada Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese. Dalam surat tersebut, Netanyahu menuduh bahwa Albanese gagal dalam menghadapi meningkatnya antisemitisme di Australia, yang ia sebut sebagai “epidemi”. Ia menilai bahwa sikap Albanese yang mendukung pengakuan negara Palestina justru memperburuk situasi.
Netanyahu menyatakan bahwa langkah tersebut dinilai sebagai hadiah bagi Hamas dan memperkeras penolakan kelompok bersenjata tersebut untuk membebaskan para sandera. Ia menulis, “Ini bukan diplomasi, ini peredaan.” Surat yang ditulis pada 17 Agustus 2025 ini diduga diperoleh dari sumber independen.
Menurut Netanyahu, kebijakan yang diambil oleh Albanese telah memberikan semangat kepada kelompok-kelompok yang mengancam komunitas Yahudi di Australia. Ia menyebut bahwa kebencian terhadap Yahudi kini semakin mengancam kehidupan masyarakat setempat.
Desakan untuk Tindakan Sebelum Tahun Baru Yahudi
Dalam surat itu, Netanyahu juga menyerukan agar Albanese segera mengambil tindakan nyata. Ia bahkan menetapkan tenggat waktu hingga Tahun Baru Yahudi pada 23 September 2025. “Perdana Menteri, antisemitisme adalah kanker. Ia menyebar ketika para pemimpin diam. Ia surut ketika para pemimpin bertindak,” tulis Netanyahu.
Ia menegaskan pentingnya mengganti kelemahan dengan tindakan, serta mengganti ketenangan dengan tekad. Ia menekankan bahwa tindakan harus dilakukan pada tanggal yang jelas, yaitu Tahun Baru Yahudi, 23 September 2025.
Insiden-Insiden Antisemitisme di Australia
Netanyahu merinci beberapa insiden antisemitisme di Australia dalam beberapa bulan terakhir. Pada Juni, sebuah sinagoge bersejarah di Melbourne dirusak dengan grafiti yang menunjukkan dukungan terhadap Iran dan Palestina. Sebulan kemudian, jemaat Ibrani Melbourne Timur menjadi korban serangan pembakaran saat makan malam Sabat, sehingga 20 orang jemaat melarikan diri demi keselamatan mereka.
Pada malam yang sama, para perusuh bertopeng menyerbu sebuah restoran milik Israel di pusat kota Melbourne. Mereka menghancurkan properti, melemparkan perabotan, dan meneriakkan “Matilah IDF”. Netanyahu menilai bahwa insiden-insiden ini bukanlah kejadian terisolasi, tetapi bagian dari epidemi antisemitisme.
Ia juga menyebut bahwa situasi semakin memburuk setelah Albanese secara terbuka menyatakan dukungan untuk mengakui Palestina di Majelis Umum PBB.
Contoh dari Kebijakan Trump
Dalam suratnya, Netanyahu menyinggung kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai contoh. Menurutnya, Trump tidak membiarkan kebencian radikal berkembang di negaranya. “Seperti yang telah ditunjukkan Presiden Trump, antisemitisme dapat dan harus dihadapi,” tegas Netanyahu.
Ia menambahkan bahwa Trump melindungi hak-hak sipil orang Yahudi Amerika, menegakkan hukum, melindungi ketertiban umum, dan menuntut kejahatan antisemit. Selain itu, Trump juga telah mendeportasi simpatisan Hamas dan mencabut visa mahasiswa asing yang menghasut kekerasan terhadap orang Yahudi.
Surat tersebut ditutup dengan kalimat kuat: “Sejarah tidak akan memaafkan keraguan. Sejarah akan menghargai tindakan.”
Ketegangan Diplomatik Australia-Israel
Surat Netanyahu ini datang di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik antara Australia dan Israel. Pada awal pekan, Menteri Dalam Negeri Australia, Tony Burke, membatalkan visa seorang politisi Israel yang dijadwalkan tiba di Australia. Sebagai respons, Israel mencabut visa seorang diplomat Australia yang bertugas di Tepi Barat.
Hingga saat ini, Albanese belum mengambil langkah untuk menindaklanjuti rekomendasi dari KTT Antisemitisme pada Februari lalu maupun dari laporan Utusan Antisemitisme Jillian Segal.