Peran Anak-Anak CEO Nvidia dalam Pengembangan Teknologi
JAKARTA – Nvidia, perusahaan teknologi yang memimpin era kecerdasan buatan (AI), kini mengalami perubahan signifikan dalam struktur kepemilikan dan pengelolaannya.
Untuk pertama kalinya, perusahaan ini dijalankan sebagai bisnis keluarga, dengan dua anak dari CEO-nya, Jensen Huang, menempati posisi strategis di dalam organisasi.
Hal ini menjadi terobosan besar dalam tradisi Silicon Valley, di mana biasanya anak-anak pendiri cenderung menghindari perusahaan keluarga. Madison dan Spencer Huang, putri dan putra Jensen Huang, masing-masing memiliki tanggung jawab spesifik dalam pengembangan teknologi.
Madison bertanggung jawab atas pengembangan perangkat lunak simulasi tiga dimensi di divisi Omniverse—platform Nvidia untuk dunia virtual dan simulasi industri. Sementara itu, Spencer fokus pada pengembangan model kecerdasan buatan serta sistem persepsi robotika.
Kedua anak ini tidak terlibat langsung dalam bisnis inti semikonduktor Nvidia. Justru, mereka memimpin area strategis yang diharapkan menjadi mesin pertumbuhan masa depan perusahaan. Perjalanan mereka menuju Nvidia bermula jauh dari teknologi. Madison pernah menekuni seni kuliner di Le Cordon Bleu Paris sebelum bekerja di LVMH. Sedangkan Spencer menjalankan R&D Cocktail Lab di Taipei.
Rekan-rekannya kini menilai gaya manajemen mereka mirip dengan ayahnya. Menurut laporan, perjalanan keduanya kembali ke Nvidia dimulai setelah mereka mengikuti kursus kecerdasan buatan bersama di MIT pada 2019.
Madison bergabung sebagai pegawai magang di bidang pemasaran pada 2020 dan hanya dalam tiga tahun naik ke posisi direktur senior. Dia menerima kompensasi lebih dari 1 juta dolar AS atau sekitar Rp16,2 miliar (kurs Rp16.290 per dolar AS). Sementara itu, Spencer menutup bisnis barnya pada 2021 dan bergabung dengan divisi robotika Nvidia pada 2022.
Madison dikenal sangat tegas, menetapkan standar kerja tinggi, bahkan merespons email dalam hitungan menit. Sebaliknya, Spencer dianggap lebih kolaboratif dengan sistem pelaporan mingguan “lima prioritas utama” yang meniru metode manajemen Jensen Huang.
Popularitas Madison kian menonjol pada ajang Computex Taipei tahun ini. Sejumlah pengunjung menyebut, “dengan jas biru khasnya, Madison terlihat bak bintang rock saat melintasi arena pameran.”
Meski demikian, kritik nepotisme tetap muncul. Huang berusaha menepis kekhawatiran itu dengan pernyataan terbuka di hadapan karyawan. Dia menekankan bahwa keberadaan anak-anaknya maupun anak pegawai lain di Nvidia bukanlah praktik yang merugikan.
“Saya tahu banyak anak karyawan yang bekerja di sini,” katanya. Dia menambahkan, “para orang tua tentu tidak akan merekomendasikan anak mereka jika hal itu justru bisa menimbulkan rasa malu.”
Fenomena ini juga diperkuat dengan kehadiran anak dari salah satu pendiri, Chris Malachowsky, serta anak direktur Aarti Shah di jajaran Nvidia. Dengan demikian, Nvidia kian mengukuhkan diri sebagai perusahaan teknologi pertama di Silicon Valley yang beroperasi dalam model ‘bisnis keluarga’ modern, meski dalam bentuk strategis yang berbeda dari pola suksesi tradisional.