Bulan Oktober yang Tidak Menjanjikan untuk Bitcoin
JAKARTA – Oktober sering disebut sebagai bulan kejayaan Bitcoin. Istilah “Uptober” muncul karena aset kripto utama ini secara historis selalu mencetak keuntungan selama bulan ke-10 dalam kalender.
Pada tahun 2017 dan 2021, Bitcoin masing-masing naik 49% dan 40% hanya dalam sebulan. Namun, situasi pada tahun ini berbeda. Memasuki Oktober 2025, harga BTC justru mengalami penurunan.
Saat ini, harga Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 113.968 atau sekitar Rp 1,897 miliar. Beberapa indikator teknikal dan on-chain menunjukkan adanya tekanan jual yang semakin kuat. Hal ini menjadi perhatian bagi para analis pasar kripto.
Indikator Teknikal yang Mengkhawatirkan
Menurut data dari Glassnode, Bitcoin Holder Retention Rate, yaitu persentase alamat yang mempertahankan saldo BTC selama 30 hari berturut-turut, turun ke 80,17%.
Penurunan ini terjadi dalam 16 hari terakhir, menunjukkan bahwa sebagian pemegang jangka menengah mulai melepas kepemilikan. Ini menjadi sinyal bahwa keyakinan untuk memegang jangka panjang mulai luntur.
Jika tren ini berlanjut, stabilitas pasar bisa terganggu dan volatilitas harga makin tajam. Dalam situasi seperti ini, investor cenderung lebih waspada dan siap untuk menjual jika ada tanda-tanda negatif.
Rasio Taker Buy/Sell Ratio yang Mengkhawatirkan
Di sisi lain, indikator Taker Buy/Sell Ratio di pasar derivatif BTC juga menguatkan sentimen negatif. Nilainya konsisten di bawah angka 1.0 sepanjang September dan kini berada di 0.95.
Angka di bawah 1 menunjukkan bahwa volume jual lebih dominan daripada beli di pasar futures. Artinya, trader institusional atau profesional lebih banyak membuka posisi jual untuk menghindari kerugian.
Jika rasio ini tidak segera pulih ke atas 1, maka tekanan bearish akan makin mendalam hingga pertengahan Oktober. Investor harus waspada terhadap kemungkinan penurunan harga yang lebih dalam.
Aksi Jual dari Whale
Sinyal lain datang dari Santiment yang melacak dompet dengan kepemilikan besar. Whale dengan saldo antara 10.000–100.000 BTC dikabarkan menjual 50.000 BTC hanya dalam sepekan.
Jika dikonversi dengan harga saat ini, itu setara dengan Rp 83 triliun lebih. Padahal, sejarah menunjukkan bahwa rally Bitcoin cenderung ditopang oleh akumulasi dari investor besar.
Tanpa mereka, permintaan dari investor ritel saja belum cukup untuk mendorong lonjakan harga signifikan.
Perkiraan Harga dan Potensi Pergerakan
Saat ini, BTC diperdagangkan di USD 113.968. Jika tekanan jual berlanjut, harga bisa menguji support di USD 111.961 (sekitar Rp 1,863 miliar). Jika breakdown terus terjadi, BTC bisa menyentuh USD 107.557 (sekitar Rp 1,789 miliar).
Namun, bila ada pemulihan sentimen dan permintaan kembali menguat, BTC punya peluang menembus resistensi USD 115.892, dan berpotensi menuju level USD 119.367 (sekitar Rp 1,987 miliar).
Kesimpulan
Oktober yang biasa disebut “Uptober” kali ini dibayangi awan kelabu. Penurunan retensi holder, tekanan dari pasar derivatif, dan aksi jual dari whale menjadi sinyal yang tak bisa diabaikan.
Apakah BTC mampu bangkit atau justru terperosok lebih dalam, beberapa hari ke depan akan menjadi penentu. Investor perlu memantau perkembangan pasar dengan cermat dan bersiap menghadapi fluktuasi harga yang mungkin terjadi.