Pemkot Surabaya Tambah Rute Feeder, Eri Terbuka Integrasi Suroboyo Bus dengan Trans Jatim

SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah memasukkan rencana penambahan kendaraan pengumpan (feeder) ke dalam Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) APBD Kota Surabaya tahun 2025.

Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap transportasi umum, khususnya bagi warga yang tinggal di wilayah perkampungan.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan bahwa feeder awalnya dirancang untuk membantu masyarakat yang ingin menggunakan Suroboyo Bus, yaitu transportasi umum yang beroperasi di jalur umum.

Dengan adanya feeder, masyarakat tidak perlu berjalan jauh dari tempat tinggal mereka untuk mencapai halte Suroboyo Bus terdekat.

“Sebenarnya, feeder ini kan [menjangkau penumpang] dari kampung-kampung yang ingin masuk ke tengah kota. Selama ini masalahnya kan mereka ingin naik Suroboyo Bus, tapi dari kampungnya mereka tak ada penghantarnya (pengumpan). Makanya kita siapkan feeder ini,” ujar Wali Kota Eri ketika dikonfirmasi.

Namun, dengan berkembangnya transportasi umum tersebut, antusiasme masyarakat semakin besar. Mereka berharap rute feeder terus diperluas agar bisa menjadi penghubung antar berbagai moda transportasi.

Tidak hanya sebagai pengumpan antara kampung dan halte Suroboyo Bus, tetapi juga terintegrasi dengan transportasi umum lainnya seperti Trans Jatim.

Wali Kota Eri pun merencanakan penambahan rute baru yang terintegrasi dengan berbagai transportasi umum. Salah satu lokasi yang direncanakan adalah Kecamatan Karangpilang, yang akan menjadi pemberhentian Trans Jatim koridor VII. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat lebih mudah berpindah antar moda transportasi.

“Bisa juga terkoneksi dengan Trans Jatim,” kata mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini.

Meski begitu, rencana teknis soal integrasi tersebut belum sepenuhnya matang. Wali Kota Eri hanya memastikan bahwa transportasi umum di Surabaya akan melayani masyarakat yang ingin masuk ke dalam kota maupun sebaliknya. Ia menekankan pentingnya integrasi antar wilayah agar tidak ada kesulitan dalam perjalanan.

“Pada intinya, bagaimana perputaran orang dari satu wilayah ke wilayah lain itu bisa terintegrasi. Jangan sampai orang Mojokerto ke Surabaya mlebune angel, wong Suroboyo ning Gresik Yo angel (jangan sampai orang Mojokerto ke Surabaya masuknya sulit, orang Surabaya menuju ke Gresik juga sulit),” ujarnya.

Integrasi ini juga diharapkan menjadi solusi jalan tengah, dibanding menambah rute Trans Jatim masuk ke pusat Surabaya. Wali Kota Eri menegaskan bahwa keberadaan Trans Jatim maupun transportasi umum dalam kota sama-sama memiliki peran penting yang harus dijaga.

“Ketika ada Trans Jatim itu memang membantu. Tapi, bagaimana Trans Jatim ini bisa terintegrasi dengan kendaraan yang lainnya. Nanti ditata lah,” katanya.

Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya rencananya akan membuka akses Wira Wiri untuk rute Karang Pilang, Joyoboyo, hingga Keputih. “Rencananya ada 8 unit yang disiapkan melalui PAK tahun ini,” ujar Plt Kepala Dishub Kota Surabaya, Trio Wahyu Bowo.

Ditaksir menghabiskan anggaran sekitar Rp2 miliar, penambahan rute ini akan menambah alternatif rute dari total 11 rute Wira Wiri yang saat ini sudah berjalan. “Begitu PAK ini disetujui, segera kami jalankan tahun ini,” tambah Trio.

Sebelumnya, Pemprov Jawa Timur awalnya merencanakan akan membuka rute layanan Trans Jatim Koridor VII. Menghubungkan tiga daerah, Trans Jatim Koridor VII awalnya direncanakan melayani rute Sidoarjo–Surabaya–Gresik, via Krembung–Krian–Legundi–Driyorejo–Karangpilang hingga Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ).

Namun, Pemkot Surabaya meminta Trans Jatim berhenti di Karangpilang sebagai kawasan perbatasan antara Sidoarjo dan Surabaya. Pemkot memilih mengintegrasikan dengan angkutan lain, karena jalur menuju TIJ telah diisi mode transportasi lain yang dikelola Pemkot Surabaya.

Karena itu, saat ini koridor VII Trans Jatim telah dialihkan pada rute Lamongan. Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, akan berkomunikasi dengan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, terkait realisasi dan integrasi bus Trans Jatim dengan Kota Surabaya.

“Kita akan melakukan komunikasi dengan Surabaya dengan Pak Wali Kota, kira ruang-ruang apa yang bisa disingkronkan dan disinergikan,” ujarnya.

Hal ini penting karena konektivitas Gerbangkertasusila sangat strategis. Terlebih juga akan terintegrasi dengan angkutan dalam kota, intra Surabaya. Sehingga untuk antar Surabaya juga harusnya selaras.

“Saya cenderung optimis, kalau untuk Surabaya, cuma waktu dan penyelarasan. Kami akan kembali koordinasi dengan Pak Wali Kota khususnya dalam kerangka SUMP,” ujar Emil sebelumnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *