Ragam  

Peringati Hari Keselamatan Pasien 2025, Kuatkan Perlindungan Sejak Dini

Fokus pada Keselamatan Pasien dalam Transformasi Sistem Kesehatan

JAKARTA – Di tengah proses transformasi sistem kesehatan yang sedang berlangsung di Indonesia, keselamatan pasien menjadi elemen penting dalam membangun kepercayaan masyarakat dan mewujudkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Dengan jutaan penduduk yang setiap hari membutuhkan obat dan vaksin, penguatan sistem penggunaan obat yang aman dan bertanggung jawab bukan hanya komitmen global, tetapi juga prioritas nasional.

Pelayanan kesehatan yang tidak aman masih menjadi salah satu penyebab utama cedera dan kematian di seluruh dunia. Namun, sebagian besar dari masalah ini bisa dicegah melalui langkah-langkah yang tepat.

Oleh karena itu, keselamatan pasien bukan hanya tanggung jawab regulasi, tetapi juga sebuah keharusan moral. Setiap pasien memiliki hak untuk mendapatkan penggunaan obat yang aman dan bertanggung jawab.

Menyikapi hal ini, International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta International Society of Pharmacovigilance (ISoP) Chapter Indonesia menggelar peringatan Hari Keselamatan Pasien Sedunia 2025.

Acara ini dilaksanakan dengan tema Patient Safety from the Start, yang menekankan pentingnya menjaga keselamatan pasien sejak awal kehidupan.

Kepala BPOM Taruna Ikrar, M.Biomed menyatakan komitmen pemerintah terhadap keselamatan pasien.

“Keselamatan pasien bukan pilihan, tetapi kewajiban kita bersama. Sebagai isu kemanusiaan, keselamatan pasien membutuhkan regulasi yang kuat, deteksi dini risiko, serta budaya keselamatan di setiap tahap layanan kesehatan,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Ia menegaskan bahwa peringatan ini merupakan momentum untuk memperkuat komitmen pada keselamatan pasien sejak awal.

“Dengan memperkuat pemantauan dan mendorong kolaborasi lintas pemangku kepentingan, kita dapat melindungi pasien sekaligus mempercepat langkah BPOM Indonesia menuju WHO Listed Authority (WLA),” tambah Taruna.

WLA adalah standar tertinggi dalam Global Benchmarking Tool Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menunjukkan bahwa sistem regulasi suatu negara telah beroperasi pada tingkat yang maju dan berkelanjutan untuk menjamin mutu, keamanan, dan khasiat obat serta vaksin.

Dari sisi komunitas pakar, Wakil Ketua I ISoP Indonesia Chapter Dr. Grace Wangge menekankan pentingnya mengutamakan pengetahuan berbasis bukti dalam penggunaan obat.

“Pemakaian obat tidak hanya mempertimbangkan apakah obat akan membawa kesembuhan, tetapi juga harus mampu mempertimbangkan efek tidak diinginkan yang mungkin timbul dari obat itu sendiri, interaksi antar obat, makanan, dan kondisi pasien.”

Ia menambahkan bahwa pertimbangan ini harus didasarkan pada pengetahuan berbasis bukti dan data dari sistem monitoring yang komprehensif terhadap efek keamanan obat pada pasien.

Kegiatan ini mempertemukan regulator, industri, media, dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keselamatan pasien dan penggunaan obat yang bertanggung jawab.

Acara ini menegaskan bahwa regulator, industri, tenaga kesehatan, dan masyarakat memiliki peran aktif dalam mencegah bahaya, memperkuat kepercayaan, dan memastikan layanan kesehatan yang lebih aman bagi semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *