Inovasi Pertamina dalam Mengembangkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan
JAKARTA – PT Pertamina (Persero) terus berupaya memperkuat komitmennya terhadap pengembangan bahan bakar yang ramah lingkungan. Salah satu inovasi terbaru yang dilakukan adalah pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur yang berasal dari minyak jelantah bekas (Used Cooking Oil/UCO).
Selain itu, Pertamina juga mengembangkan avtur campuran yang memiliki potensi besar dalam mengurangi dampak lingkungan.
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menjelaskan bahwa upaya perusahaan dalam menciptakan bahan bakar ramah lingkungan bukan hanya tentang keberhasilan ekonomi, tetapi juga proses transformasi yang mendalam secara ekologis.
Ia menekankan bahwa penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi inti dari setiap langkah yang diambil oleh Pertamina.
“Pertamina tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, seperti penghematan devisa bagi negara, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan,” ujarnya melalui keterangan resmi.
Sebelumnya, Pertamina telah mengembangkan berbagai jenis BBM ramah lingkungan, mulai dari B20 hingga B40. Program ini memberikan dampak signifikan terhadap kemandirian energi nasional. Dengan adanya B20 dan B40, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan energi dengan sumber daya yang lebih berkelanjutan.
Agung menilai bahwa keberhasilan dalam menerapkan program biodiesel ini menjadi salah satu langkah penting dalam menjaga ketahanan energi. Selain itu, program ini juga berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi hijau.
Pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF)
Salah satu inovasi terbaru yang dilakukan oleh Pertamina adalah pengembangan SAF yang berasal dari minyak jelantah. Bahan bakar ini memiliki kemampuan untuk menurunkan emisi karbon hingga 84% dibandingkan bahan bakar konvensional. Selain itu, SAF juga berperan dalam membangun ekonomi sirkular di masyarakat.
Menurut Agung, penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku SAF merupakan bentuk penghargaan terhadap partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Masyarakat dapat menukar minyak jelantah bekas menjadi rupiah, yang kemudian diolah menjadi bahan bakar yang berkelanjutan dan efisien.
“Ini bukan hanya tentang mengurangi emisi karbon, tetapi juga bagian dari ekonomi sirkular karena masyarakat bisa mendapatkan manfaat ekonomi dari sampah yang biasanya tidak bernilai,” jelasnya.
Kontribusi terhadap Target Net Zero Emission (NZE)
Pengembangan bahan bakar ramah lingkungan oleh Pertamina menjadi bagian penting dari transformasi energi nasional. Program ini tidak hanya memperkuat ketahanan energi, tetapi juga mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060 yang ditetapkan oleh pemerintah.
Agung menyatakan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Pertamina menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi pelopor dalam pengembangan energi bersih di kawasan Asia Tenggara. Dengan inovasi dan komitmen yang kuat, Pertamina membuktikan bahwa perubahan menuju keberlanjutan adalah hal yang nyata dan bisa dicapai.
Perjalanan Menuju Energi Berkelanjutan
Pertamina terus berkomitmen untuk mengembangkan solusi energi yang ramah lingkungan. Dari pengembangan biodiesel hingga SAF, perusahaan ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi dan kebijakan yang berkelanjutan bisa menjadi kunci dalam menghadapi tantangan lingkungan global.
Dengan pendekatan yang holistik, Pertamina tidak hanya fokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan dan sosial. Hal ini menjadi dasar dari transformasi bisnis yang dilakukan perusahaan.
Langkah-langkah yang diambil oleh Pertamina menunjukkan bahwa pengembangan energi bersih bukan lagi sekadar wacana, tetapi realitas yang sedang diwujudkan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat menjadi contoh dalam menjalani transisi energi yang berkelanjutan.