Jateng  

Sidak DPRD Banyumas di Dapur SPPG Karanglewas Usai Keracunan MBG

Reaksi Legislatif terhadap Dugaan Keracunan Makanan di Program MBG

BANYUMAS – Puluhan siswa di Kecamatan Karanglewas, Banyumas, dilaporkan mengalami gangguan kesehatan setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Kejadian ini memicu perhatian dari anggota DPRD Banyumas, khususnya Komisi 4 yang dipimpin oleh Rachmat Imanda. Ia langsung melakukan inspeksi mendadak ke dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Karanglewas Kidul untuk memastikan kondisi dan proses pengolahan makanan.

Pemeriksaan Langsung ke Dapur SPPG

Dalam kunjungan tersebut, Imanda melakukan pemeriksaan langsung terhadap proses masak dan pengelolaan makanan di dapur SPPG.

Ia menekankan pentingnya menjaga kualitas makanan agar tidak menyebabkan risiko kesehatan. Menurutnya, makanan basah sebaiknya disantap langsung di sekolah karena berpotensi rusak jika dibawa pulang dan tidak segera dikonsumsi.

Imanda juga menyatakan bahwa pihaknya akan memeriksa lebih lanjut apakah benar ada siswa yang membawa makanan dari MBG ke rumah. Ia menilai hal ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab keracunan, terutama jika makanan terpapar udara atau dipindahkan ke wadah yang tidak steril.

Penyebab Dugaan Keracunan

Menurut pemilik dapur SPPG, Sri Wiyono, dugaan keracunan diduga berasal dari makanan yang dibawa pulang oleh siswa. Ia mengklaim bahwa proses pengolahan makanan di dapur sudah sesuai standar operasional dan tidak ada kesalahan dalam pengolahan.

Namun, ia menyatakan bahwa mulai minggu ketiga, beberapa sekolah memberi izin kepada siswa untuk membawa makanan ke rumah. Hal ini dinilai berisiko menurunkan kualitas makanan.

Setelah pertemuan dengan para kepala sekolah, Imanda menegaskan larangan membawa makanan dari MBG ke rumah. Hasilnya, tidak ada lagi laporan tentang siswa yang mengalami gangguan kesehatan. Ia menilai bahwa variabel “dibawa pulang” menjadi penyebab utama dari dugaan keracunan.

Jumlah Penerima Manfaat dan Tujuan Program MBG

Dapur SPPG Karanglewas Kidul saat ini melayani sekitar 2.900 penerima manfaat dari 25 sekolah di wilayah Pangebatan, Kediri, dan Karanglewas. Program MBG dirancang khusus untuk daerah kategori 3T, yaitu daerah tertinggal, terpencil, dan terluar. Tujuannya adalah mempercepat layanan gizi bagi anak-anak di wilayah tersebut.

Penekanan pada Pengawasan yang Lebih Ketat

Meski mendukung program MBG, Imanda menekankan perlunya pengawasan yang lebih ketat agar tidak terjadi kasus serupa. Ia menunggu hasil laboratorium sampel makanan untuk memastikan penyebab pasti dari dugaan keracunan.

Menurutnya, pengawasan harus diperketat terkait bahan baku, proses pengolahan, dan distribusi makanan ke sekolah-sekolah.

Menu yang Disajikan di Sekolah

Sebelumnya, Kepala SD Negeri Pangebatan, Riyadi, menjelaskan menu MBG yang disajikan pada hari Senin. Menu tersebut mencakup nasi, telur, bihun, kuah soto, dan buah anggur tiga biji.

Telur puyuh dan bihun direbus tanpa bumbu, sedangkan buah anggur disajikan sebagai camilan. Pada hari Selasa, menu berubah menjadi nasi, ayam goreng, dan buah naga.

Riyadi juga menjelaskan bahwa untuk kelas 1 hingga 3, tidak ada sambal, sementara kelas 4 hingga 6 diberi sambal. Jadwal pengambilan makanan pun berbeda, kelas 1 hingga 3 biasanya datang sebelum pukul 09.00 WIB, sedangkan kelas 4 hingga 6 datang pada pukul 11.00 WIB.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *