Performa Solana yang Tampak Menggiurkan Tapi Menyimpan Risiko
JAKARTA – Selama empat bulan terakhir, aset kripto Solana (SOL) menunjukkan kinerja yang cukup stabil. Namun, di balik tren naik yang konsisten, ada tanda-tanda perlambatan yang bisa mengakhiri reli panjangnya.
Harga SOL sempat mendekati USD 250 atau sekitar Rp 4,15 juta, tetapi kemudian mengalami penurunan karena turunnya minat investor dan aktivitas jaringan. Kini, harga SOL berada di kisaran USD 222 atau Rp 3,68 juta, hanya sedikit di atas level support penting di USD 221.
Data on-chain menunjukkan bahwa jumlah alamat aktif Solana turun ke titik terendah dalam 13 bulan terakhir. Penurunan ini menandakan melemahnya partisipasi ritel dan menurunnya kepercayaan pengguna di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
Basis pengguna yang menyusut sering kali berujung pada penurunan utilitas jaringan. Tanpa aktivitas transaksi dan permintaan nyata, Solana berisiko kehilangan dukungan fundamental yang menopang reli harga.
Analis menyoroti indikator Chaikin Money Flow (CMF) yang kini jatuh di bawah garis nol, sinyal awal keluarnya arus modal dari pasar Solana. Artinya, sebagian investor mulai memindahkan likuiditas mereka ke aset lain.
Meski begitu, arah CMF dalam jangka panjang masih positif, menunjukkan aliran modal jangka menengah belum benar-benar berbalik arah. Kondisi ini memberi harapan bahwa tren besar Solana masih bisa bertahan, asalkan tekanan jual tidak meningkat drastis.
Secara teknikal, Solana masih berada dalam tren naik selama tiga setengah bulan terakhir, tetapi level USD 221 kini menjadi titik krusial. Jika tekanan jual meningkat, harga bisa jatuh ke USD 213 (Rp 3,53 juta), bahkan menembus USD 200 (Rp 3,32 juta), yang berarti akhir dari tren bullish multi-bulan.
Sebaliknya, bila sentimen pasar membaik dan SOL berhasil bertahan di atas USD 221, rebound ke level USD 232 (Rp 3,85 juta) berpeluang terjadi. Kenaikan ini akan membatalkan sinyal bearish dan membuka jalan bagi reli lanjutan.
Sejak awal Oktober, pasar kripto memang masih dalam suasana positif berkat efek “Uptober” yang mengangkat Bitcoin dan altcoin besar lainnya. Namun, tanpa dukungan volume dan aktivitas pengguna, Solana berpotensi tertinggal dari reli aset kripto lain seperti Ethereum dan BNB.
Bagi investor jangka pendek, level USD 221–USD 213 kini menjadi zona yang diawasi ketat. Jika level tersebut jebol, koreksi lebih dalam mungkin tak terhindarkan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Solana memiliki potensi untuk melanjutkan tren naiknya, para pemain pasar harus tetap waspada terhadap perubahan situasi yang bisa terjadi kapan saja.
Dalam skenario terburuk, jika tekanan jual semakin kuat, harga SOL bisa terus menurun hingga mencapai level yang lebih rendah lagi. Namun, jika sentimen pasar membaik dan ada dorongan baru dari aktivitas pengguna, Solana bisa kembali menunjukkan performa yang baik.
Pemantauan terhadap indikator-indikator teknis dan data on-chain sangat penting bagi investor yang ingin memahami arah pergerakan harga Solana. Selain itu, penting juga untuk mengamati pergerakan aset kripto lainnya yang bisa memengaruhi dinamika pasar secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, Solana masih memiliki peluang untuk berkembang, tetapi risiko yang terkait dengan fluktuasi harga dan perubahan kondisi pasar tetap harus diperhitungkan. Investor perlu memperhatikan berbagai faktor yang bisa memengaruhi kestabilan harga dan strategi investasi yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.