Pertumbuhan Industri Transportasi Online di Indonesia
JAKARTA – Industri transportasi online di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang pesat. Menurut data yang dirilis oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), sektor ini pada tahun 2022 memberikan kontribusi sebesar Rp382,62 triliun atau sekitar 2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah mitra pengemudi yang terdaftar kini mencapai sekitar 4 hingga 5 juta orang.
Sejak pertama kali hadir pada tahun 2010, sektor ini berkembang pesat dan kini melibatkan sejumlah besar mitra pengemudi. Hal ini disampaikan oleh Managing Director Public Policy Institute (PPPI), Ahmad Khoirul Umam, yang menegaskan bahwa sektor ini telah menjadi bagian penting dari perekonomian nasional.
Survei Terhadap Mitra Pengemudi Online
Untuk memahami lebih dalam tentang isu potongan komisi yang diberlakukan oleh aplikator, PPPI melakukan survei terhadap 1.623 mitra pengemudi Gojek aktif di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Survei ini dilaksanakan antara tanggal 23 hingga 26 September 2025 dengan metode purposive sampling. Tim peneliti PPPI memastikan bahwa responden memiliki jam online minimal 4 jam per hari.
Faktor Potongan Komisi dan Manfaat Tambahan
Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 81 persen pengemudi merasa stabilitas pendapatan harian lebih penting dibandingkan pendapatan per order. Selain itu, 77,8 persen pengemudi mengaku tahu alasan aplikator menetapkan potongan komisi sebesar 20 persen.
Potongan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti promo pelanggan, insentif bagi mitra, biaya pemeliharaan aplikasi, serta manfaat tambahan lainnya seperti diskon perawatan kendaraan, sembako, paket data, dan lain-lain.
Peran Promo dalam Pendapatan Pengemudi
Temuan lain menyebutkan bahwa sebanyak 72,9 persen pengemudi menganggap promo sangat penting dalam menunjang penghasilan mereka, terutama bagi yang online lebih dari 8 jam sehari. Dari total responden, sebanyak 60,8 persen lebih memilih potongan 20 persen dengan promo ketimbang 10 persen tanpa manfaat tambahan.
Menurut Ahmad Khoirul Umam, secara umum, pengemudi tidak sepenuhnya menolak potongan komisi 20 persen. Justru mayoritas mereka memahami bahwa komisi tersebut akan kembali kepada mereka dalam bentuk promo pelanggan, insentif, maupun manfaat tambahan lainnya.
Ketidakpahaman Sebagian Pengemudi
Namun, masih ada sekitar 22,2 persen pengemudi yang mengaku tidak tahu tentang alasan adanya potongan komisi. Peneliti PPPI, Annisa Rizkiayu Leofianti, menegaskan bahwa transportasi online telah menjadi katalis ekonomi digital Indonesia.
Stabilitas pendapatan, efektivitas promo, dan transparansi skema komisi dinilai penting untuk kebijakan publik yang adil bagi pengemudi.
Meskipun mayoritas mitra pengemudi, sebesar 77,8 persen, terutama yang sudah lama bergabung dan memiliki jam online per harinya tinggi, sudah memahami fungsi potongan komisi tersebut, masih ada sebagian kecil yang belum paham. Ini menunjukkan perlunya edukasi lebih lanjut terkait mekanisme komisi dan manfaat yang diberikan oleh aplikator.