Penolakan Afghanistan terhadap Kembali Pasukan Amerika Serikat ke Bagram
AFGHANISTAN – Afghanistan telah menolak permintaan Presiden Donald Trump agar pasukan militer Amerika Serikat kembali ke negara tersebut dan merebut kembali pangkalan udara Bagram.
Seorang pejabat dari Kementerian Luar Negeri Afghanistan menyatakan di media sosial bahwa pihaknya siap terlibat dalam berbagai bentuk kerja sama. Namun, ia menegaskan bahwa AS tidak diperbolehkan membangun kembali pangkalan militer di wilayah Asia Tengah ini.
Trump mengungkapkan pada hari Kamis, 18 September 2025, bahwa pemerintahannya ingin kembali memiliki pangkalan di Bagram. Menurutnya, lokasi tersebut sangat strategis karena dekat dengan Cina.
“Kami sedang berusaha mendapatkannya kembali,” kata Trump.
Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya memberikan pangkalan itu kepada Taliban tanpa imbalan. Trump menambahkan bahwa Bagram hanya satu jam perjalanan dari tempat Cina memproduksi rudal nuklirnya.
Namun, pendapat ini ditentang oleh pejabat Taliban. Zakir Jalal, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri, menyatakan bahwa Afghanistan dan Amerika Serikat perlu bekerja sama tanpa adanya kehadiran militer AS di wilayah mana pun di Afghanistan. Ia menekankan pentingnya hubungan yang saling menghormati dan berdasarkan kepentingan bersama.
Kabul menunjukkan sikap terbuka untuk menjalin hubungan politik dan ekonomi dengan Washington, asalkan didasari rasa saling menghormati dan kepentingan yang sejalan.
Sejarah dan Peran Bagram
Bagram, yang terletak tepat di utara ibu kota Kabul, merupakan lokasi penjara terkenal selama bertahun-tahun. Selama dua dekade kehadiran militer AS di Afghanistan, Bagram menjadi pusat operasi militer.
Ribuan tahanan dipenjara di sana tanpa adanya proses hukum yang jelas. AS menyebut tindakan tersebut sebagai bagian dari perang melawan teror, namun banyak dari para tahanan mengalami penganiayaan atau penyiksaan.
Pada tahun 2021, Taliban berhasil merebut kembali fasilitas tersebut setelah pasukan AS menarik diri dan pemerintah Afghanistan jatuh. Trump sering kali menyatakan penyesalannya atas keputusan meninggalkan Bagram.
Ia menilai bahwa Washington seharusnya tetap mempertahankan pasukan kecil di sana, bukan karena Afghanistan, tetapi karena lokasinya yang dekat dengan Cina.
Reaksi dan Tindak Lanjut
Gagasan Trump muncul saat konferensi pers dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, ketika ia menyelesaikan kunjungan kenegaraan ke Inggris. Hingga saat ini, belum ada komentar resmi dari Gedung Putih maupun Pentagon mengenai rencana tersebut.
Selama masa jabatannya sebagai presiden AS periode pertama, Trump mengatur penarikan pasukan AS dengan melakukan negosiasi dengan Taliban. Konflik yang berlangsung selama 20 tahun berakhir secara tidak terduga di bawah pemerintahan Joe Biden.
Pemerintah Afghanistan yang didukung AS runtuh, disertai dengan pengeboman mengerikan yang menewaskan 13 tentara AS dan 170 warga sipil. Ribuan warga Afghanistan yang putus asa menyerbu bandara Kabul untuk mencari jalan keluar sebelum pesawat AS terakhir lepas landas di atas Pegunungan Hindu Kush.