Bisnis  

Tidak Lagi Emiten Batu Bara, Ini Wajah Baru Bisnis TOBA yang Didukung Luhut dan Singapura

Perubahan Besar di Balik Nama TOBA

JAKARTA – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dikenal luas sebagai perusahaan tambang batu bara. Namun, di balik citra yang sudah mapan tersebut, TOBA sedang melakukan transformasi bisnis yang signifikan.

Perusahaan ini bergerak dari sektor energi hitam ke berbagai bidang energi hijau, termasuk motor listrik. Perubahan ini menunjukkan visi jangka panjang perusahaan untuk tidak lagi bergantung pada komoditas batu bara.

Ekspansi ke Berbagai Sektor Energi Terbarukan

Meskipun bisnis utamanya masih berupa pertambangan batu bara, TOBA telah meluncurkan berbagai anak usaha yang mengarah pada sektor energi terbarukan dan berkelanjutan. Beberapa di antaranya adalah:

  • Kendaraan Listrik: Melalui PT Energi Kreasi Bersama, TOBA masuk ke dalam bisnis perdagangan kendaraan listrik, sesuai dengan tren global.
  • Energi Terbarukan: Perusahaan memiliki pembangkit listrik tenaga surya melalui PT Batam Energi Surya Sentosa serta pembangkit listrik mandiri lainnya.
  • Pengelolaan Limbah: TOBA juga menggarap sektor pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) melalui PT Arah Environmental Indonesia dan entitas lainnya.

Transformasi ini menunjukkan bahwa TOBA ingin memanfaatkan peluang besar di ekonomi hijau dan menjauh dari ketergantungan pada batu bara.

Dua Pemegang Saham Utama

Strategi ambisius TOBA didukung oleh dua pemegang saham utama yang menjadi pilar kekuatan perusahaan:

  • Highland Strategic Holdings Pte. Ltd.: Sebuah entitas berbasis di Singapura yang menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan saham mencapai 60,356%.
  • PT Toba Sejahtra: Grup usaha yang didirikan oleh mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, memiliki 7,975% saham di TOBA.

Selain itu, jajaran dewan komisaris TOBA diisi oleh nama-nama kredibel di dunia pemerintahan dan korporasi, seperti Bacelius Ruru sebagai Komisaris Utama dan Dr. Ahmad Fuad Rahmany sebagai Komisaris.

Respons Pasar yang Volatil

Langkah transformasi besar ini mendapat respons pasar yang sangat volatil. Data perdagangan 50 hari terakhir menunjukkan bahwa harga saham TOBA sempat meroket dari level Rp 1.000-an pada akhir Agustus hingga menyentuh puncak di atas Rp 1.400 pada pertengahan September.

Namun, belakangan harga sahamnya terkoreksi dan pada penutupan pasar terakhir, Jumat, 3 Oktober 2025, ditutup di level Rp 1.240 per lembar.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Investor kini tengah mencermati sejauh mana efektivitas strategi transformasi bisnis TOBA dapat terwujud dan memberikan dampak positif pada kinerja keuangan perusahaan ke depan.

Meski ada ketidakpastian, perubahan yang dilakukan TOBA menunjukkan potensi besar untuk menjadi perusahaan yang lebih berkelanjutan dan adaptif terhadap tren global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *