Timnas Indonesia Kalah 2-3 dari Arab Saudi: Netizen Serbu Kluivert dan Klok!

Laga Dramatis di Jeddah, Indonesia Kembali Terpuruk

JAKARTA – Langit Jeddah masih memantulkan cahaya lampu stadion ketika peluit panjang dibunyikan. Di tengah suhu gurun yang mulai menurun, wajah-wajah pemain Timnas Indonesia tampak tertunduk.

Di layar kaca, ribuan pendukung Garuda di Tanah Air menahan napas — skor akhir 2-3 menandai luka baru dalam perjalanan panjang menuju mimpi Piala Dunia 2026.

Namun malam itu bukan sekadar soal kekalahan. Di dunia maya, pelatih Patrick Kluivert dan dua pemain Timnas Indonesia yakni Marc Klok dan Yakob Sayuri menjadi sasaran badai komentar pedas warganet.

Media sosial mendidih — seolah seluruh emosi bangsa menumpah di antara ribuan unggahan dan tagar penuh kekecewaan.

Garuda Terbang Duluan, Lalu Jatuh di Sayap Sendiri

Laga di King Abdullah Sports City, Kamis 9 Oktober 2025 dini hari WIB, sebenarnya dimulai dengan penuh semangat. Timnas Indonesia tampil berani dan percaya diri. Baru 11 menit pertandingan berjalan, VAR menghadiahkan penalti setelah Hassan Al Tambakti melakukan handball.

Kevin Diks, bek asal Borussia Mönchengladbach, maju dengan langkah mantap. Satu sepakan terukur — bola menembus jala, dan Indonesia unggul 1-0. Sorak sorai pecah, bukan hanya di Jeddah, tapi di ruang-ruang keluarga para suporter yang begadang di Nusantara.

Namun kebahagiaan itu hanya bertahan enam menit. Saleh Abu Alshamat menyamakan kedudukan lewat sepakan rendah yang gagal dijangkau Maarten Paes.

Seakan belum cukup, menit ke-36 jadi awal badai. Feras Albrikan menjatuhkan Garuda lewat penalti kedua — 2-1 untuk Arab Saudi. Babak pertama berakhir dalam tekanan, namun harapan belum mati.

Babak Kedua: Ketika Asa Diuji, dan Kritik Menanti

Memasuki babak kedua, tuan rumah semakin agresif. Albrikan kembali mencetak gol pada menit ke-62, memanfaatkan bola muntah hasil tepisan Paes. Skor 3-1 untuk The Green Falcons.

Garuda berusaha membalas. Ole Romeny nyaris mencetak gol di menit ke-80, sementara tendangan bebas Thom Haye memaksa kiper Nawaf Al Aqidi terbang menepis bola. Menit ke-87, secercah harapan muncul.

Indonesia mendapat penalti kedua setelah Nawaf Bu Washl melakukan handball. Diks kembali jadi algojo — dan sukses! Skor berubah 3-2. Namun waktu tak berpihak. Meski Mohammed Kanno mendapat kartu merah di injury time, Garuda gagal menyamakan kedudukan hingga peluit panjang berbunyi.

Netizen Murka: Dari Harapan Ke Kekecewaan

Usai laga, dunia maya bergemuruh. Kemenangan yang hilang di ujung asa berubah jadi ruang kritik. Nama Patrick Kluivert disebut-sebut dalam setiap unggahan — disalahkan karena dianggap gagal menjaga momentum.

“Semenjak ada Patrick harapan timnas untuk lolos pildun emang udah sirna,” tulis akun @joeberckhmans_. “Katanya pastoor otaknya si Patrick, manaaaaaa?? Kaya gak ada impact-nya cuman upload story pake foto lagi bikin strategi doang,” sindir @Berryandri.

Tak hanya Kluivert, gelandang Persib Bandung Marc Klok dan Yakob Sayuri juga jadi sasaran. “Hanya orang aneh yg nganggap Mark Klok itu pemain yang layak mengisi lini tengah timnas Indonesia,” kata @IkiGugel. “Kirain Arab menang dibantu wasit, ternyata dibantu Yakob sama Klok,” sindir @anggaalfndy.

Kritik tajam itu seperti pisau bermata dua — menyakitkan, tapi juga tanda bahwa publik Indonesia masih peduli, masih percaya bahwa sepak bola adalah tentang harga diri bangsa.

Susunan Pemain

Indonesia: Maarten Paes; Yakob Sayuri (Sandy Walsh 85′), Kevin Diks, Jay Idzes, Dean James (Yance Sayuri 76′); Joey Pelupessy, Marc Klok, Miliano Jonathans (Thom Haye 65′), Ricky Kambuaya, Beckham Putra (Eliano Reijnders 46′); Ragnar Oratmangoen (Ole Romeny 65′).

Arab Saudi: Nawaf Al Aqidi; Jehad Thikri, Hassan Al Tambakti, Nawaf Bu Washl, Moteb Al Harbi (Saud Abdulhamid 66′); Nasser Al Dawsari, Musab Aljuwayr, Abdullah Al Khaibari; Feras Albrikan (Saleh Al Shehri 76′), Salem Al Dawsari (Mohammed Kanno 89′), Saleh Abu Alshamat (Ayman Yahya 68′).

Kekalahan ini menyakitkan, tapi bukan akhir segalanya. Dalam luka itu, ada pelajaran tentang mental, strategi, dan konsistensi. Garuda memang kalah di Jeddah, tapi mereka masih punya waktu untuk memperbaiki diri di laga berikutnya.

Karena bagi bangsa ini, sepak bola bukan sekadar olahraga — ia adalah bahasa yang menyatukan harapan dan doa, di antara setiap detik yang menunggu peluit panjang berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *