Jabar  

Viral Dugaan Pungli di Kebun Raya Bogor: Pengunjung Keberatan Biaya Tambahan Rp15 Ribu

Kebun Raya Bogor Kembali Jadi Perhatian Publik

BOGOR – Kebun Raya Bogor kembali menjadi sorotan masyarakat. Isu ini muncul setelah sejumlah pengunjung mengeluhkan adanya penambahan biaya yang tidak jelas.

Sebelumnya, tarif mobil yang awalnya Rp 200 ribu tiba-tiba meningkat hingga Rp 450 ribu. Kini, muncul dugaan pungutan liar (pungli) berupa biaya tambahan sebesar Rp 15 ribu per orang bagi pengunjung yang membawa makanan dari luar.

Isu ini menyebar cepat setelah selebgram dan pebisnis fesyen, Endang Yustika, membagikan pengalamannya di media sosial. Ia menyebut bahwa rombongannya dipanggil oleh petugas keamanan dan diminta membayar Rp 15 ribu per orang di luar biaya tiket masuk resmi.

Cerita ini langsung viral dan memicu komentar warganet yang mempertanyakan transparansi aturan di kawasan konservasi tersebut.

Kebun Raya Bogor yang saat ini dikelola oleh PT Mitra Natura Raya (MNR), mitra strategis Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN), segera memberikan pernyataan resmi. General Manager Corporate Communication PT MNR, Zaenal Arifin, menegaskan bahwa pihaknya tidak mengizinkan adanya praktik pungli di kawasan yang dikelola.

“Kami berkomitmen menjaga kenyamanan dan keamanan pengunjung. Jika ditemukan ada oknum yang melakukan pungli, kami akan mengambil tindakan tegas,” ujar Zaenal dalam pernyataannya.

Ia menjelaskan bahwa biaya tambahan Rp 15 ribu per orang bukan berlaku untuk pengunjung individu, melainkan untuk rombongan yang mengadakan acara tanpa pemberitahuan resmi. Biaya tersebut, menurut Zaenal, digunakan untuk menjaga kebersihan serta perawatan lingkungan karena makanan dari luar berpotensi menambah volume sampah.

“Mereka datang dalam rombongan dan langsung mengadakan acara tanpa konfirmasi, hanya membayar tiket masuk dan parkir. Padahal ada aturan jelas terkait kegiatan di area konservasi. Jadi petugas menanyakan hal itu, bukan melakukan pungli,” tambahnya.

Meski begitu, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya meredam reaksi warganet. Banyak netizen menilai aturan tambahan seperti itu seharusnya disosialisasikan lebih transparan sejak awal, agar tidak menimbulkan kesan pungutan mendadak di lapangan.

“Kebijakan apapun harus jelas dari awal. Kalau memang ada biaya tambahan untuk rombongan atau untuk membawa makanan, mestinya tertulis dan diumumkan, bukan seakan muncul mendadak,” tulis salah satu komentar netizen.

Kasus ini kembali membuka diskusi soal tata kelola Kebun Raya Bogor yang seringkali dipertanyakan publik. Sebagai ikon nasional sekaligus kawasan konservasi, transparansi aturan dan konsistensi pengelolaan dianggap penting agar tidak berulang kali menimbulkan kegaduhan serupa.

Tantangan Pengelolaan Kebun Raya Bogor

Pengelolaan Kebun Raya Bogor tidak hanya terkait dengan biaya masuk, tetapi juga mencakup pengelolaan lingkungan dan pengalaman pengunjung. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak isu yang muncul, mulai dari peningkatan tarif hingga pungutan tambahan yang tidak jelas. Hal ini membuat masyarakat semakin waspada terhadap kebijakan yang diterapkan.

Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan oleh pengelola adalah:

  • Transparansi informasi: Setiap kebijakan baru harus diumumkan secara jelas dan mudah diakses oleh pengunjung.
  • Sosialisasi aturan: Aturan yang berlaku harus disampaikan secara berkala dan mudah dipahami oleh semua pengunjung.
  • Konsistensi pengelolaan: Pengelola harus konsisten dalam menjalankan aturan agar tidak menimbulkan ketidakpuasan pengunjung.

Dengan demikian, Kebun Raya Bogor dapat tetap menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi pengunjung, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan yang menjadi tujuan utama dari kawasan konservasi ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *