Isu Pemangkasan Jabatan Ketua Umum PBNU, Gus Yahya Tegaskan Tidak Akan Mundur
JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kembali menjadi perhatian publik setelah beredarnya surat yang mengandung risalah rapat harian Syuriah PBNU. Surat tersebut meminta Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, untuk mundur dari jabatannya. Namun, Gus Yahya menegaskan bahwa dirinya tidak akan mengambil langkah mundur.
Surat tersebut diketahui muncul setelah adanya rapat koordinasi antara Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia di Surabaya. Dalam acara tersebut, Gus Yahya memberikan tanggapan terkait isu yang muncul. Ia menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki niat untuk mundur karena telah mendapatkan amanat dari Muktamar selama lima tahun.
“Saya sama sekali tidak terbesit pikiran untuk mundur karena saya mendapatkan amanat dari Muktamar ini untuk lima tahun,” ujarnya kepada awak media di Hotel Novotel Samator Surabaya, Ahad dini hari, 23 November 2025.
Gus Yahya juga menyampaikan bahwa para Ketua PWNU se-Indonesia tidak menyetujui keputusan tersebut. Mereka bahkan menyatakan bahwa mereka akan merasa kecewa jika ia mundur.
“Mereka (Ketua PWNU se-Indonesia) mengatakan tidak mau saya mundur. Mereka akan kecewa kalau saya mundur,” katanya.
Menyikapi hasil rapat tersebut, Gus Yahya mengklaim bahwa ia telah bertemu dengan sebagian jajaran Rais Syuriah PBNU. Menurutnya, beberapa dari mereka menyesali keputusan yang diambil dalam rapat tersebut.
“Saya sudah bertemu sejumlah jajaran Suriyah. Semua yang sudah saya temui menyesali karena mereka tidak mendapatkan informasi yang utuh pada mulanya,” ujar Gus Yahya.
Ia juga menyampaikan rencana untuk mengajak para kiai sepuh NU bertemu. Tujuannya adalah untuk mencari solusi terhadap masalah yang sedang terjadi di internal PBNU.
Menghadapi Rumor dan Tuduhan
Menanggapi berbagai rumor yang beredar tentang dirinya, Gus Yahya menegaskan bahwa ia tidak ingin berprasangka buruk. Termasuk terkait tuduhan penyalahgunaan dana internal PBNU.
“Saya tidak mau berprasangka ya. Sebelum ini, rumor itu sudah tidak karu-karuan, seperti saya makan duit Rp 900 miliar dan macam-macam itu. Tapi saya tidak mau bertindak atas dasar rumor atau prasangka,” katanya.
Gus Yahya juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan mengambil sikap terhadap rumor yang beredar. Ia menilai bahwa rumor tersebut tidak jelas asalnya.
Meski begitu, ia tetap berharap agar PBNU bisa menemukan jalan keluar terhadap masalah yang sedang terjadi. Menurutnya, NU merupakan separuh wajah Indonesia. Jika NU tidak baik, maka wajah Indonesia juga bisa terganggu.
“Separuh wajah Indonesia ini adalah NU. Jadi kalau NU-nya ini tidak baik, ya wajah Indonesia bisa jadi ikut tidak baik. Maka ini kewajiban saya kepada bangsa dan negara,” ujarnya.
Konten Surat dan Penyebab Kekhawatiran
Rapat koordinasi PWNU se-Indonesia digelar setelah surat risalah rapat Syuriah PBNU beredar. Dalam surat tersebut, ditandatangani oleh Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar, terdapat dua poin penting hasil keputusan rapat.
Pertama, Gus Yahya diminta mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU dalam waktu tiga hari sejak diterimanya keputusan rapat harian Syuriyah PBNU. Jika tidak mengundurkan diri dalam waktu tiga hari, Syuriyah PBNU akan memberhentikannya dari jabatan ketua umum PBNU.
Rapat harian itu dihadiri oleh 37 orang dari total 53 pengurus harian Syuriyah PBNU. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa peserta rapat menilai kehadiran narasumber yang berafiliasi dengan jaringan Zionisme Internasional dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) telah melanggar nilai dan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah. Tindakan itu juga bertentangan dengan Muqaddimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama.












