Ragam  

Apa Itu Tepuk Sakinah? Kisah dan Makna Profesor Alimatul Qibtiyah

Tepuk Sakinah: Kreativitas dalam Bimbingan Perkawinan

JAKARTA – Tepuk Sakinah kini sedang menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan. Meski terlihat sederhana, gerakan dan liriknya mengandung makna mendalam tentang pernikahan.

Metode ini digunakan dalam bimbingan perkawinan (binwin) klasikal atau kelompok besar, bukan dalam sesi tatap muka antara pasangan atau prosesi akad nikah.

Tujuan dari Tepuk Sakinah adalah sebagai ice breaking agar suasana pembekalan calon pengantin lebih segar, terutama ketika peserta mulai merasa jenuh mengikuti materi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk membuat proses pembelajaran lebih interaktif dan menarik.

Awal Mula Tepuk Sakinah

Tepuk Sakinah pertama kali digagas pada tahun 2028. Pada masa itu, Kementerian Agama RI memutuskan untuk mengubah nama program Kursus Calon Pengantin (Suscatin) menjadi Bimbingan Perkawinan (Bimwin).

Perubahan ini dilakukan dengan harapan agar Bimwin dapat menciptakan prosedur yang lebih efektif dalam menyampaikan materi dan kurikulum kepada calon pengantin (catin).

Kreasi ini kembali dihidupkan dalam agenda pelatihan BIMTEK untuk KUA se-Indonesia sekitar dua bulan lalu. Dosen UIN Sunan Kalijaga, Profesor Alimatul Qibtiyah, menjelaskan bahwa pelatihan tersebut menggunakan Tepuk Sakinah sebagai bagian dari metode pembelajaran.

Makna di Balik Lirik Tepuk Sakinah

Menurut mantan Komisioner Perempuan, lirik Tepuk Sakinah hanya terdiri dari lima kalimat sederhana. Namun, lirik ini dirangkum oleh para penggagas agar mewakili lima pilar pernikahan. Lima pilar ini menjadi acuan dalam setiap materi Bimwin.

Pertama, lirik “Berpasangan, berpasangan, berpasangan” mengingatkan bahwa pilar keluarga adalah pasangan yang membangun rumah tangga bersama.

Kedua, lirik “Janji kokoh, janji kokoh, janji kokoh” menjadi pengingat bagi catin bahwa pernikahan adalah sebuah peristiwa sakral yang harus dihormati seumur hidup.

Lirik “saling cinta, saling hormat, saling jaga, saling ridho” mengandung makna bahwa pernikahan juga merupakan bentuk hubungan saling memberi kebaikan.

Selanjutnya, lirik keempat yaitu musyawarah dan yang terakhir adalah saling ridho. Ini menunjukkan pentingnya kesepahaman dan kepuasan dalam hubungan pernikahan.

Harapan Penggagas Tepuk Sakinah

Meski Tepuk Sakinah terkesan sederhana, Alimatul berharap para catin memahami makna sesungguhnya tentang pilar pernikahan. Metode ini mengingatkan bahwa perspektif keluarga berdasarkan ajaran Islam adalah menyoroti kesetaraan dan keseimbangan peran antara suami dan istri.

Dalam keluarga sakinah, Tuhan ditempatkan di atas, lalu suami dan istri berada di posisi sejajar. Hal ini mencerminkan bahwa suami dan istri setara di hadapan Allah SWT.

Selain itu, keluarga sakinah juga memprioritaskan fleksibilitas di lingkungan rumah tangga. Riset penelitian menunjukkan bahwa fleksibelnya peran gender dalam keluarga meningkatkan kualitas kebahagiaan mereka.

Alimatul berharap Tepuk Sakinah dapat membantu menyampaikan materi secara jangka panjang, tetapi tetap dalam cara yang fun (menyenangkan). Dengan demikian, Tepuk Sakinah tidak hanya menjadi alat pembelajaran, tetapi juga sarana untuk memperkuat pemahaman tentang nilai-nilai pernikahan yang sejati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *