Detak Jantung Janin dan Mitos yang Sering Beredar
JAKARTA – Bunda mungkin pernah mendengar bahwa detak jantung janin dapat memprediksi jenis kelaminnya sejak trimester pertama. Namun, apakah hal ini benar?
Dr. Barry Aron, dokter kandungan/ginekolog bersertifikat ABMS dengan minat khusus dalam manajemen dan gaya hidup perempuan paruh baya, menjelaskan bahwa jantung bayi kemungkinan akan mulai berdetak sekitar minggu ke-6 kehamilan.
Anda bahkan dapat melihat dan mengukur kedipan cahaya ini melalui USG. Detak per menit (bpm) dimulai dengan lambat, yaitu 90 hingga 110 bpm dan meningkat setiap hari.
Apakah Denyut Jantung Janin Bisa Menentukan Jenis Kelamin?
Anggapan bahwa detak jantung janin dapat menentukan jenis kelamin ternyata mitos. Faktanya, hanya sedikit perbedaan rata-rata detak jantung per menit antara janin laki-laki dan perempuan.
Eric Eichenwald, M.D., Ketua Komite Janin dan Bayi Baru Lahir dari American Academy of Pediatrics (AAP), menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan perbedaan denyut jantung janin antara janin laki-laki dan perempuan. Ini hanya mitos belaka yang tidak berdasar secara ilmiah.
Beberapa orang percaya bahwa jika detak jantung lebih dari 140 bpm maka janin adalah perempuan, sementara di bawah 140 bpm berarti janin laki-laki. Namun, penelitian menunjukkan bahwa detak jantung bukanlah indikator yang dapat diandalkan untuk menentukan jenis kelamin anak.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di J Matern Fetal Neonatal Med, disebutkan bahwa bukti ilmiah menunjukkan tidak ada perbedaan klinis yang konsisten antara detak jantung janin laki-laki dan perempuan. Kadang ada perbedaan kecil pada beberapa studi, tetapi tidak cukup kuat untuk dipakai sebagai metode prediksi.
Adakah Perbedaan Detak Jantung Janin Laki-Laki dan Perempuan?
Aron menjelaskan bahwa jantung bayi kemungkinan akan mulai berdetak sekitar minggu ke-6 kehamilan. Bunda bahkan dapat melihat dan mengukur kedipan cahaya ini melalui USG. Detak per menit (bpm) dimulai dengan lambat, yaitu 90 hingga 110 bpm dan meningkat setiap hari.
Sebuah studi meta-analisis oleh Nouri et al. (2023) yang dimuat dalam Journal of Perinatal Medicine menyimpulkan bahwa perbedaan FHR antara janin laki-laki dan perempuan tidak konsisten secara klinis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun janin laki-laki menunjukkan FHR yang lebih cepat, perbedaan terkait jenis kelamin tersebut minimal. Karena itu, FHR trimester pertama bukanlah tes prediksi yang andal untuk penentuan jenis kelamin janin. Namun, penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk mencapai kesimpulan yang lebih tepat.
Detak Jantung Janin Normal
Menurut American Pregnancy Association, detak jantung janin normal berkisar antara 110 hingga 160 denyut per menit (bpm) dan berubah saat bayi aktif. Beberapa bayi memiliki detak jantung yang lebih lambat atau lebih cepat dari rata-rata. Namun, hal ini tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi.
Para dokter menjelaskan bahwa denyut jantung janin dapat berubah tergantung usia kehamilan. Ritme yang sehat meningkat dari 110 denyut per menit pada minggu ke-5 kehamilan menjadi 170 denyut per menit pada minggu ke-9, kemudian secara bertahap mencapai rata-rata sekitar 150 denyut per menit pada minggu ke-13. Denyut jantung juga dapat berfluktuasi hingga 25 denyut per menit sepanjang hari.
“Denyut jantung mungkin lebih tinggi saat sedang bersemangat, seperti setelah aktivitas fisik atau jika ibu hamil baru saja makan, dan relatif lebih rendah saat istirahat atau tidur,” kata Christine Feigal, M.D.
Detak Jantung Janin Tidak Normal
Hasil pemeriksaan terkadang menunjukkan detak jantung janin terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian karena bisa menandakan masalah pada janin.
Dr. Stacy Henigsman, dokter spesialis kebidanan dan ginekologi, menjelaskan bahwa aritmia janin (fetal arrhythmia) terjadi bila detak jantung atau irama janin tidak normal. Berikut beberapa kondisi detak jantung janin yang tidak normal:
- Bradikardia: Terjadi jika detak jantung bayi di bawah 110 detak per menit. Untuk diklasifikasikan sebagai bradikardia berkelanjutan, detak jantung bayi harus tetap rendah selama 10 menit atau lebih saat dipantau.
- Takikardia: Berarti detak jantung di atas 160 bpm. Penyebab umumnya antara lain demam pada ibu, infeksi intrauterin, efek obat-obatan tertentu, dan hipoksia ringan pada janin.
- Kontraksi Prematur: Kondisi ini menyebabkan detak jantung janin yang fluktuatif, bisa terjadi akibat kontraksi uterus dini.
- Blok Atrioventrikular (AV Block): Kondisi langka ketika sinyal listrik antara atrium dan ventrikel janin terganggu. Kondisi ini bisa berhubungan dengan penyakit autoimun pada ibu.
Cara Mengetahui Detak Jantung Janin
Detak jantung janin dapat diperiksa melalui beberapa metode medis, antara lain:
- Ultrasonografi (USG Doppler): Umumnya mulai bisa mendeteksi detak jantung janin pada usia kehamilan 6–8 minggu.
- Doppler fetal monitor: Tenaga medis menggunakan alat genggam ini untuk mendengarkan detak jantung janin melalui perut ibu.
- Non-Stress Test (NST): Pemeriksaan dilakukan pada trimester ketiga untuk menilai kesejahteraan janin berdasarkan pola detak jantung dan gerakan janin.
- Cardiotocography (CTG): Pemeriksaan dengan CTG umumnya dilakukan di rumah sakit, terutama jika ada tanda-tanda stres janin atau komplikasi kehamilan.