Banjir Bali, Menteri Lingkungan Soroti Tutupan Lahan DAS yang Rendah

Penyebab Banjir Bali dan Upaya Perbaikan yang Dilakukan

BALI – Banjir yang terjadi di Pulau Bali pada 10 September 2025 menimbulkan dampak besar bagi masyarakat setempat. Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyatakan bahwa salah satu faktor utama penyebab banjir adalah minimnya tutupan hutan di daerah aliran sungai (DAS) hulu Bali. Kondisi ini diperparah oleh cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini.

Hanif mengungkapkan bahwa sebagian besar DAS hulu Bali memiliki vegetasi hijau yang sangat sedikit. Ia menjelaskan bahwa dari total luas DAS sekitar 49 ribu hektare, hanya kurang dari 1.200 hektare yang berupa hutan yang berfungsi menyerap air dan memperkuat tanah. Hal ini menjadi salah satu penyebab banjir yang terjadi di wilayah tersebut.

“Kami memang harus mengubah semua detail rencana lanskap kita,” ujar Hanif saat memberikan edukasi lingkungan kepada pelajar Sekolah Rakyat Menengah Pertama 17 di Tabanan, Bali, pada Sabtu, 13 September 2025.

Selain itu, Hanif juga menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai pihak dalam melakukan pembenahan lanskap Bali. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan memantau upaya Pemerintah Provinsi Bali dalam memetakan kawasan yang mengalami alih fungsi lahan. Hanif mengaku siap mendukung dan membantu Gubernur Bali Wayan Koster dalam melakukan penegakan hukum terkait masalah lingkungan.

“Kami sudah sampaikan kepada Gubernur Bali kalau memang diperlukan, kami akan turun untuk melakukan penegakan hukum maupun penguatan data lingkungan,” kata Hanif.

Di sisi hilir, Hanif menyoroti perlu adanya penyelesaian masalah sampah. Ia mengatakan bahwa timbulan sampah sering kali menyumbat daerah drainase, sehingga memperparah kondisi banjir. “Itu kita harus berubah total. Semua upaya saat ini menuju itu,” ujarnya.

Menurut Hanif, semua pihak perlu mendukung upaya pemerintah daerah di Bali untuk mengurangi sampah plastik. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain pelarangan produksi air kemasan di bawah ukuran satu liter, pengelolaan sampah dari sumber hingga membatasi penggunaan plastik sekali pakai.

“Kalau tidak didukung kita semua, tidak akan selesai (soal sampah),” tambah Hanif.

Banjir Bali terjadi setelah hujan ekstrem melanda pulau tersebut pada Selasa pagi. Dampak banjir dan tanah longsor meliputi tujuh kabupaten/kota di Bali, yaitu Kota Denpasar, Jembrana, Gianyar, Klungkung, Tabanan, Karangasem, dan Badung.

Berdasarkan data sementara dari BPBD Bali per Jumat, 12 September 2025, sebanyak 17 orang meninggal dan lima korban masih dalam pencarian. Saat ini, Pulau Dewata masih dalam status tanggap darurat selama sepekan hingga 17 September 2025, setelah banjir yang dominan melanda Bali bagian selatan.

Upaya perbaikan dan pencegahan banjir serta pengelolaan sampah menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan masyarakat Bali. Dengan kolaborasi dan kesadaran bersama, diharapkan Bali dapat lebih siap menghadapi bencana alam di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *