Penggunaan Etanol dalam BBM: Dampak Positif dan Negatif
JAKARTA – Penggunaan etanol sebagai bahan campuran dalam bensin menjadi topik yang menarik perhatian masyarakat. Etanol, yang dihasilkan dari bahan nabati seperti tebu atau singkong, diproyeksikan untuk mengurangi emisi karbon serta ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM).
Namun, kebijakan ini juga memicu berbagai pertanyaan dan kritik, terutama karena tidak semua kendaraan dapat menggunakan campuran tersebut. Etanol memiliki sifat yang mampu menyerap karbon dioksida (CO2) selama proses produksinya.
Ketika digunakan sebagai bahan bakar, CO2 akan dilepaskan kembali, tetapi siklusnya dianggap netral secara karbon karena penyerapan dan pelepasan CO2 seimbang. Hal ini membuat etanol menjadi alternatif ramah lingkungan dalam penggunaan bahan bakar.
Meski demikian, pencampuran etanol dengan BBM juga membawa risiko. Kendaraan yang dibuat sebelum tahun 2000 cenderung rentan mengalami kerusakan akibat penggunaan etanol.
Material pada kendaraan lama, seperti sil dan selang, tidak dirancang untuk menangani komponen kimia etanol. Akibatnya, material bisa melar atau rusak, sehingga memengaruhi performa kendaraan.
Selain itu, iklim Indonesia yang lembab turut memengaruhi efektivitas etanol. Etanol bersifat hidroskopis, artinya ia menyerap uap air dari lingkungan. Kandungan air yang meningkat dalam bahan bakar dapat mengurangi RON (Research Octane Number), yaitu standar kualitas bahan bakar.
Jika kadar air melebihi 1 persen, air bebas bisa terbentuk di dasar tangki, yang berpotensi menyebabkan reaksi kimia dan mengurangi kualitas bahan bakar.
Kendaraan Rentan Terkena Dampak Negatif
Berikut adalah beberapa jenis kendaraan yang rentan mengalami kerusakan jika menggunakan campuran etanol:
Mobil
- MPV/Minibus:
- Toyota Kijang Kapsul (1997–2004)
- Mitsubishi Kuda (1999–2005)
- Daihatsu Taruna (1999–2006)
-
Daihatsu Espass (1999–2000-an)
-
Sedan:
- Honda Accord (2000)
- Peugeot 306 STMT (2000)
- Hyundai Accent (1999)
- Timor S515 (1997–2000)
- Toyota Corolla Twin Cam (1992)
-
Toyota Cressida (1987)
-
Mobil Kecil:
- Mazda Interplay (1991)
- Suzuki Esteem (2000)
Motor
- Motor 2 Tak Populer:
- Yamaha RX-King
- Honda NSR SP 150
- Suzuki RGR 150
- Suzuki Satria 120 (Satria 2-Tak)
-
Yamaha F1ZR
-
Motor Bebek Jadul:
- Honda Astrea
- Suzuki Shogun
- Honda Supra
-
Yamaha Crypton
-
Motor Klasik Lainnya:
- Vespa
- Suzuki TS125
Penerapan Etanol di Negara Lain
Penggunaan etanol dalam bahan bakar bukanlah hal baru. Brasil telah lama menerapkan campuran etanol hingga 27 persen dalam bensin, bahkan ada bensin yang sepenuhnya terbuat dari etanol. Di Amerika Serikat dan India, rata-rata campuran etanol mencapai 20 persen.
Di Indonesia sendiri, penggunaan etanol sudah dimulai melalui produk Green Pertamax dengan campuran 5% (E5). Di beberapa wilayah seperti Jawa Timur, BBM E10 bahkan telah tersedia secara terbatas. Meskipun demikian, penerapan lebih luas masih memerlukan evaluasi terkait dampak jangka panjang terhadap kendaraan dan lingkungan.