BPJS Kesehatan Kurangi Kasus Penyakit Kronis Melalui Prolanis

Peran BPJS Kesehatan dalam Mengatasi Penyakit Kronis

JAKARTA – BPJS Kesehatan terus memperkuat perannya dalam menekan angka penyakit kronis di Indonesia, khususnya Diabetes Melitus (DM) dan Hipertensi.

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) menjadi salah satu strategi utama dalam meningkatkan kualitas hidup peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekaligus mengurangi beban pembiayaan kesehatan.

Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan, Lily Kresnowati, menjelaskan bahwa perubahan pola hidup masyarakat turut berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia.

Ia menyebutkan bahwa pada tahun 2024, terdapat 20,5 juta peserta JKN yang terdiagnosis hipertensi dan 7,4 juta peserta JKN yang terdiagnosis diabetes melitus.

Total pembiayaan untuk pelayanan kesehatan kedua penyakit tersebut mencapai Rp 30,5 triliun, termasuk penanganan penyakit penyerta seperti stroke, gagal ginjal, dan jantung.

Lily menekankan bahwa pelaksanaan Prolanis diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup peserta dengan pendekatan proaktif dan terintegrasi antara peserta, fasilitas kesehatan, serta BPJS Kesehatan.

Dengan tata laksana yang tepat, peserta dengan penyakit kronis dapat tetap produktif dan hidup berkualitas.

Pertumbuhan Peserta Prolanis

Seiring dengan penguatan peran fasilitas kesehatan, jumlah peserta yang terlibat aktif dalam Prolanis pun terus bertumbuh.

Hingga Agustus 2025, sebanyak 4,8 juta peserta telah tergabung dalam Prolanis. Dari jumlah tersebut, 3,3 juta peserta merupakan penderita hipertensi dan 2,1 juta peserta penderita diabetes.

Untuk mendukung peningkatan partisipasi tersebut, BPJS Kesehatan terus memperkuat implementasi Prolanis melalui berbagai bentuk layanan yang mudah diakses oleh peserta.

Layanan ini meliputi konsultasi kesehatan langsung maupun telekonsultasi, pelayanan obat bulanan, edukasi, dan aktivitas fisik melalui klub Prolanis.

Selain itu, peserta juga mendapatkan pemeriksaan penunjang rutin seperti tekanan darah, gula darah, HbA1C, kolesterol, serta fungsi ginjal sesuai kebutuhan medis.

Upaya Pencegahan Dini

Selain Prolanis, BPJS Kesehatan juga aktif mendorong pelaksanaan skrining riwayat kesehatan sebagai langkah pencegahan dini.

Upaya ini menjadi bagian penting dari strategi promotif dan preventif BPJS Kesehatan untuk mendeteksi risiko penyakit sejak awal sebelum berkembang menjadi kondisi kronis.

Melalui kegiatan skrining ini, peserta dapat mengetahui potensi risiko kesehatannya dan memperoleh tindak lanjut medis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Lily menegaskan bahwa keberhasilan program ini membutuhkan dukungan lintas sektor, terutama dalam meningkatkan literasi kesehatan, kepatuhan peserta, dan kapasitas fasilitas kesehatan.

BPJS Kesehatan juga mendorong fasilitas kesehatan untuk lebih aktif melakukan promosi kesehatan, meningkatkan kompetensi tenaga medis, dan memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan agar deteksi dini penyakit kronis dapat dilakukan lebih masif.

Pendapat dari Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional

Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional, Mahesa Paranadipa Maikel, memandang bahwa Prolanis menjadi investasi jangka panjang Program JKN untuk membuat peserta tetap sehat.

Menurutnya, upaya promotif dan preventif sangat penting dilakukan sebagai salah satu langkah menekan potensi pembiayaan penyakit berbiaya katastropik secara signifikan.

Agar pelaksanaan Prolanis makin optimal, ia melihat perlu adanya penguatan di beberapa lini, di antaranya perluasan penyakit yang dikendalikan, seperti penyakit paru obstruktif kronis, hepatitis, hingga skrining kanker.

Selain itu, ia juga menyoroti agar dilakukan peningkatan terhadap kompetensi tenaga kesehatan hingga penguatan peran klub Prolanis yang dijadikan sebagai wadah dukungan sosial kepatuhan pengobatan antar peserta.

Pandangan dari Kementerian Kesehatan

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi, mengungkapkan bahwa jumlah masyarakat Indonesia berusia di atas 18 tahun yang hidup dengan penyakit tidak menular seperti diabetes melitus (DM) dan hipertensi masih tergolong tinggi, bahkan berpotensi membebani sistem pembiayaan kesehatan.

Menurutnya, fenomena ini menjadi pengingat bahwa upaya deteksi dini dan pengendalian penyakit kronis harus terus diperkuat, terutama melalui layanan kesehatan primer.

Tantangan dan Inovasi di Lapangan

Kepala Klinik Cahaya Kebagusan, Grace Maria Kendek Allo, menyebut bahwa pihaknya telah menjalankan aktivitas Prolanis sejak 2015. Ia menilai pelaksanaan kegiatan Prolanis juga masih menemukan tantangan.

Untuk itu, ia menegaskan perlunya kerja sama lintas sektor untuk memperkuat promosi dan edukasi melalui berbagai kanal media.

Grace menyampaikan bahwa untuk menarik minat peserta Prolanis, Klinik Cahaya Kebagusan juga menciptakan inovasi, seperti kegiatan senam bersama yang juga diselingi pemberian hadiah, hingga kegiatan pertemuan di luar kota.

Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan peserta dalam pengelolaan penyakit kronis secara berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *