Bumi Siap Sambut Tamu Langka dari Luar Angkasa, Ini Persiapan NASA

Komet 3I/ATLAS: Tamu Langka dari Luar Tata Surya

JAKARTA – Langit malam mungkin terlihat biasa, tetapi di antara bintang-bintang yang berkilauan, ada cahaya asing yang bergerak dengan kecepatan lebih dari 80 ribu kilometer per jam.

Benda ini bukan asteroid atau sisa roket, melainkan 3I/ATLAS, sebuah objek antarbintang yang datang dari luar tata surya kita. Objek ini membawa rahasia kosmos yang belum pernah disentuh manusia sebelumnya.

Kini, NASA dan ESA sedang bersiap untuk momen bersejarah: menangkap material dari luar tata surya secara langsung. Dunia astronomi kini tengah menyambut tamu langka dari luar tata surya.

Objek bernama 3I/ATLAS kembali menjadi sorotan setelah beberapa wahana antariksa milik NASA dan ESA mendeteksi pergerakannya yang semakin dekat dengan Matahari.

Fenomena ini memberikan peluang emas bagi ilmuwan untuk mempelajari material antarbintang secara langsung—sesuatu yang sangat sulit dilakukan sebelumnya.

Program Tailcatcher: Menangkap Ekor Komet

Melalui program bertajuk Tailcatcher, tim ilmuwan NASA menghitung jarak terdekat antara beberapa wahana antariksa dan ekor komet tersebut. Hasilnya mengejutkan—hanya sekitar lima juta mil, jarak yang memungkinkan instrumen di wahana menangkap partikel dari ekor 3I/ATLAS.

Dalam keterangan resmi NASA, wahana Europa Clipper, yang sedang menuju Jupiter, dilaporkan membawa instrumen pengukur plasma dan magnetometer yang sensitif terhadap partikel bermuatan dari komet. Jika berhasil, data yang dikumpulkan bisa menjadi sampel pertama material luar tata surya yang diukur secara langsung di ruang angkasa.

Sementara itu, wahana Hera milik ESA yang kini melaju di sabuk asteroid menuju sistem Didymos–Dimorphos juga berpotensi melintasi area yang masih terpengaruh oleh debu komet. Kolaborasi dua badan antariksa besar ini menjadi salah satu momen paling menarik dalam penelitian komet lintas galaksi.

Dekat Matahari, Tapi Tak Berbahaya

Meski pengamatan intensif baru dimulai akhir November 2025, 3I/ATLAS sudah mulai menampakkan aktivitas tinggi. Komet ini terus bergerak mendekati Matahari, menyebabkan ekornya memanjang dan menguap akibat panas ekstrem.

Para ilmuwan menegaskan, tidak ada potensi ancaman terhadap Bumi. Fokus utama justru pada interaksi komet dengan instrumen wahana, yang diharapkan memberi wawasan baru tentang komposisi benda-benda antarbintang.

Dugaan Komet “Tak Biasa”

Namun, tidak semua ilmuwan sepakat bahwa 3I/ATLAS hanyalah komet biasa. Astrofisikawan Avi Loeb dari Harvard University menilai bahwa pola gerak 3I/ATLAS memiliki “anomali manuver” yang mengingatkan pada objek antarbintang sebelumnya, ‘Oumuamua, yang sempat memicu spekulasi tentang teknologi alien.

Menariknya, pengamatan terbaru teleskop James Webb Space Telescope (JWST) menemukan material nikel pada permukaan komet—sesuatu yang jarang dijumpai pada komet biasa. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa 3I/ATLAS bisa jadi sisa artefak logam dari sistem bintang lain, bukan sekadar bongkahan es dan debu.

Bagi banyak astronom, pertemuan dengan 3I/ATLAS bukan hanya momen ilmiah, tapi juga eksistensial. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, manusia berkesempatan “menyentuh” debu dari dunia lain—tanpa harus meninggalkan tata surya.

“Setiap partikel yang berhasil kita tangkap mungkin berasal dari planet yang tak pernah kita lihat,” kata salah satu peneliti NASA dalam konferensi pers. “Itu berarti, setiap butir debu membawa cerita dari bintang lain.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *