Dampak Susu Kental Manis pada Anak, Ini Penjelasan Dokter

Pentingnya Pemenuhan Gizi Anak yang Tepat

JAKARTA – Orang tua perlu memperhatikan dengan cermat kebutuhan gizi anak selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini sangat penting karena kondisi kesehatan jangka panjang anak dapat dipengaruhi oleh pola makan sejak dini.

Salah satu hal yang sering menjadi perhatian adalah penggunaan susu kental manis sebagai alternatif nutrisi. Meski terlihat menarik, ahli gizi menyebutkan bahwa produk ini tidak disarankan untuk dikonsumsi secara rutin oleh anak-anak.

Dr. Toto Sudargo, ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menjelaskan bahwa susu kental manis tidak direkomendasikan untuk balita. Menurutnya, produk ini mengandung tambahan gula dalam proses pengawetan, sehingga kurang sesuai untuk dikonsumsi oleh anak-anak.

Ia menekankan bahwa ASI penuh selama enam bulan pertama kehidupan bayi, lalu dilanjutkan hingga usia dua tahun, merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi awal.

Selain itu, Toto menambahkan bahwa makanan pendamping ASI bisa berupa makanan padat, tetapi susu bubuk tidak wajib diberikan. Justru, fokus utamanya harus pada makanan bergizi yang mampu memberikan nutrisi lengkap bagi anak.

Dampak Susu Kental Manis pada Anak

dr. Aisya Fikritama, dokter spesialis anak dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, menjelaskan bahwa susu kental manis mengandung 55-60 persen gula, seperti sukrosa atau laktosa.

Selain itu, kandungan protein, lemak, dan mikronutrien dalam produk ini relatif sedikit. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, susu kental manis tidak boleh dikategorikan sebagai susu untuk anak, melainkan produk gula yang ditambahkan susu.

Aisya menegaskan bahwa susu kental manis tidak bisa dianggap sama dengan susu pertumbuhan atau susu formula bayi. Produk ini memiliki kandungan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan anak.

Efek Jangka Pendek dan Panjang

Efek jangka pendek dari konsumsi susu kental manis antara lain membuat anak merasa kenyang meskipun tubuh mereka masih membutuhkan protein dan zat gizi penting lainnya.

Selain itu, asupan gula yang tinggi juga berkaitan dengan risiko karies gigi pada anak. Anak bisa menjadi sulit menerima makanan bergizi lain karena terbiasa dengan rasa manis.

Di sisi lain, efek jangka panjang dari konsumsi susu kental manis bisa mencakup peningkatan risiko obesitas, resistensi insulin, dan diabetes tipe 2 di usia remaja atau dewasa. Selain itu, ada potensi penyakit metabolik seperti hipertensi, fatty liver, dan penyakit jantung di masa depan.

Dampak pada Kecerdasan dan Tumbuh Kembang

Susu kental manis juga dapat berdampak negatif terhadap kecerdasan dan tumbuh kembang anak. Otak anak membutuhkan protein seperti DHA/AA, zat besi, zinc, yodium, dan vitamin B kompleks untuk perkembangan optimal.

Namun, susu kental manis tidak memiliki kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika digunakan sebagai sumber utama nutrisi, anak berisiko mengalami stunting atau anemia defisiensi besi.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), susu kental manis tidak cocok sebagai sumber nutrisi anak karena kandungan gizinya tidak memadai. Anak mungkin tampak gemuk karena gula atau lemak, namun sebenarnya mengalami malnutrisi tersembunyi (hidden hunger).

Oleh karena itu, orang tua perlu lebih bijak dalam memilih makanan dan minuman yang diberikan kepada anak agar tumbuh kembangnya optimal.