Empat Jiwa Melayang Akibat Banjir Semarang, Tiga Korban Masih Anak-anak

Korban Meninggal Akibat Banjir di Semarang Bertambah Menjadi Empat Orang

SEMARANG – Kota Semarang, Jawa Tengah, kembali mengalami kejadian tragis akibat banjir yang terjadi beberapa hari terakhir. Seorang bocah perempuan bernama Rahma Aurel (9 tahun) ditemukan meninggal dunia setelah hilang dalam aliran air yang mengalir di saluran air kawasan Argomulyo Mukti Asri, Kecamatan Pedurungan.

Dengan penemuan ini, jumlah korban meninggal akibat banjir di wilayah tersebut kini mencapai empat orang, dengan tiga di antaranya adalah anak-anak. Menurut informasi yang diperoleh, jasad Rahma ditemukan di area taman depan Masjid Al Mubarok, Jalan Lintang Trenggono, sekitar pukul 22.00 WIB pada Kamis (30/10).

Operasi pencarian dan pertolongan (SAR) sempat dihentikan menjelang malam, namun kemudian dilanjutkan setelah ada laporan adanya penemuan jenazah anak kecil di lokasi tersebut. Setelah diverifikasi, ternyata jenazah tersebut adalah Rahma Aurel yang selama dua hari ini dicari oleh tim SAR.

Peristiwa yang menimpa Rahma sempat terekam dalam rekaman CCTV lingkungan sekitar. Dalam video tersebut, terlihat korban berjalan menuju saluran air yang sedang diperbaiki. Karena kondisi banjir yang tinggi, lubang saluran tidak terlihat jelas.

Beberapa detik kemudian, korban terpeleset dan tercebur ke aliran air deras. Ibunya yang berada di belakang langsung berteriak meminta tolong dan mencoba menolong anaknya dengan masuk ke dalam saluran. Warga sekitar yang mendengar teriakan segera datang membantu dan berhasil menyelamatkan sang ibu, tetapi anaknya masih belum ditemukan.

Imbauan dari Tim SAR

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Semarang, Budiono, memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan. Hal ini mengingat curah hujan di Kota Semarang masih tinggi. Ia mengimbau agar warga lebih berhati-hati saat beraktivitas di sekitar saluran air atau daerah rawan banjir.

Sebelum kejadian ini, sudah ada dua korban meninggal akibat tenggelam akibat banjir di Kota Semarang. Korban pertama adalah Eko Rusianto (43 tahun), warga Panggung Kidul, Semarang Utara. Saat kejadian, ia bekerja membersihkan sampah di kolam retensi Trimulyo menggunakan ban dalam mobil sebagai alat bantu, tetapi tidak mengenakan rompi pelampung.

Korban kedua, Faisal Azam Saputra (9 tahun), tenggelam saat bermain di sekitar aliran air yang meluap akibat banjir di kawasan Jembatan Pertigaan Masjid Gebangsari, Kecamatan Genuk.

Tiga hari setelahnya, dua anak lainnya dilaporkan hilang terseret arus banjir di Kelurahan Tlogomulyo, Kecamatan Pedurungan. Salah satu korban, Achmad Riefqie Arzan (7 tahun), hilang sekitar pukul 11.00 WIB di depan sekolahnya. Sementara itu, Rahma Aurel (9 tahun) juga terseret arus di lokasi berbeda, tepatnya di RT 9 RW 10, satu kelurahan yang sama.

Wilayah Terdampak Banjir

Wilayah yang terdampak banjir tersebar di 16 kelurahan dari empat kecamatan, yaitu Gayamsari, Genuk, Semarang Timur, dan Pedurungan. Jumlah kepala keluarga yang terdampak mencapai 22.653 KK atau 47.646 jiwa. Selain itu, sebanyak 37 warga mengungsi, terdiri atas 13 orang dewasa dan dua anak-anak di Universitas Semarang, serta 22 jiwa di Balai Kelurahan Muktiharjo Kidul.

Banjir yang terjadi di Kota Semarang menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat setempat. Dengan kondisi cuaca yang masih tidak stabil, penting bagi semua pihak untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.