Exxon Mobil Pecat 2.000 Karyawan untuk Efisiensi

Exxon Mobil Lakukan PHK 2.000 Karyawan sebagai Bagian dari Restrukturisasi

JAKARTA – Perusahaan energi besar asal Amerika Serikat, Exxon Mobil Corp., mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 2.000 karyawan secara global.

Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan efisiensi dan menyesuaikan operasional perusahaan dengan dinamika pasar yang terus berubah.

CEO Exxon, Darren Woods, dalam memo yang dikirimkan kepada karyawan pada Selasa (30/9/2025), menjelaskan bahwa sekitar setengah dari pengurangan tenaga kerja akan terjadi di Eropa.

Sementara sisanya akan terjadi di Kanada melalui Imperial Oil Ltd., anak usaha Exxon yang hampir 70% sahamnya dimiliki oleh perusahaan induk. Pemangkasan tersebut mencakup antara 3% hingga 4% dari total jumlah karyawan Exxon secara global.

“Exxon harus membuat keputusan sulit untuk meningkatkan daya saing. Perubahan yang kami umumkan hari ini akan memperkuat posisi kami dan memperlebar jarak dengan kompetitor, menjaga Exxon tetap unggul untuk dekade-dekade mendatang,” tulis Woods dalam memo tersebut.

Pengurangan Tenaga Kerja di Eropa dan Kanada

Exxon menyatakan akan memangkas 1.200 posisi di Uni Eropa dan Norwegia hingga akhir 2027, dengan sebagian besar PHK mencakup separuh dari jumlah tersebut.

Sementara itu, Imperial Oil juga akan mengurangi sekitar 900 posisi atau sekitar 20% dari tenaga kerjanya. Diperkirakan, pengurangan ini akan menghemat biaya operasional sebesar C$150 juta (US$108 juta) per tahun.

Langkah ini mencerminkan fokus perusahaan pada konsolidasi kantor dan penyesuaian struktur operasional agar lebih efisien. Fokus utama adalah pada pusat regional yang mendukung proyek pertumbuhan utama Exxon, seperti pengembangan minyak di Guyana, pengembangan LNG di kawasan Teluk AS, serta perdagangan global.

Contohnya, perusahaan memindahkan pegawai dari Brussels dan Leatherhead (Inggris) ke London, yang kini diperkuat sebagai pusat aktivitas perdagangan.

Di Eropa, Exxon berencana memindahkan mayoritas karyawan kantor dan pekerja berbasis rumah lebih dekat ke fasilitas manufaktur utama di Jerman dan Italia, sekaligus menutup sejumlah kantor kecil.

Tren Restrukturisasi di Industri Minyak

Langkah ini mengikuti tren yang sama yang dilakukan oleh perusahaan minyak besar lain, seperti Chevron Corp., ConocoPhillips, dan BP Plc, yang juga mengumumkan ribuan PHK dalam beberapa bulan terakhir.

Penyebab utamanya adalah anjloknya harga minyak mentah seiring lonjakan pasokan dari OPEC dan sekutunya.

Namun, Exxon sudah melakukan restrukturisasi internal besar-besaran sejak 2019 untuk menyederhanakan operasional globalnya yang meluas sejak merger dengan Mobil dua dekade lalu.

Efisiensi Biaya dan Kinerja Operasional

Saat Woods menjabat sebagai CEO pada 2017, Exxon memiliki sembilan unit fungsional yang beroperasi relatif independen, menciptakan birokrasi berlapis dan duplikasi layanan.

Kini perusahaan hanya memiliki tiga divisi utama — produksi, pengolahan, dan energi rendah karbon — yang berbagi layanan pendukung seperti rekayasa, IT, dan manajemen proyek.

Restrukturisasi ini telah membantu Exxon memangkas biaya tahunan hingga US$13,5 miliar sejak 2019, lebih besar dibandingkan gabungan penghematan seluruh perusahaan minyak internasional lainnya. Exxon menargetkan efisiensi meningkat 30% lagi hingga akhir dekade.

Selain melalui penjualan aset dan pengurangan karyawan, Woods menekankan bahwa perubahan ini juga meningkatkan kinerja operasional, termasuk pemeliharaan fasilitas utama dan berbagi praktik terbaik antarunit bisnis.

Jumlah Karyawan Exxon Saat Ini

Exxon saat ini mempekerjakan sekitar 61.000 orang secara global pada akhir 2024, atau hampir 20% lebih sedikit dibandingkan 2019. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan terus berkomitmen untuk memperbaiki struktur dan efisiensi operasional guna tetap bersaing di tengah tantangan industri yang terus berkembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *