Hamas Menyetujui Pembebasan Semua Sandera Israel dengan Syarat Tertentu
JAKARTA – Hamas menunjukkan sikap terbuka terhadap rencana perdamaian yang diajukan oleh pihak AS.
Dalam pernyataannya, kelompok tersebut menyatakan kesediaan untuk membebaskan semua sandera Israel yang masih ditahan, baik yang hidup maupun yang telah meninggal, selama persyaratan dalam rencana perdamaian AS terpenuhi.
Langkah ini dianggap sebagai bagian dari formula pertukaran tahanan yang diusulkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.
Pernyataan ini disampaikan oleh penasihat media kepala biro politik Hamas, Tahir al-Nounou, yang mengungkapkan bahwa gerakan tersebut siap memulai negosiasi lanjutan terkait isu masa depan Gaza dan hak-hak warga Palestina.
Ia juga menyebut bahwa pernyataan Trump sangat menggembirakan dan menjadi langkah penting menuju perdamaian abadi.
Rencana Perdamaian AS dan Respons Hamas
Dalam rencana perdamaian yang diajukan oleh AS, terdapat beberapa poin utama yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah batas waktu hingga Minggu bagi Hamas untuk menerima rencana atau menghadapi konsekuensi berat.
Setelah Hamas memberikan respons, Trump menyatakan keyakinannya bahwa mereka siap untuk perdamaian abadi.
Dalam proposal tersebut, disebutkan bahwa pertukaran sandera akan dilakukan dalam waktu 72 jam. Dalam proses ini, 20 sandera Israel yang masih hidup akan dibebaskan dengan imbalan pembebasan ratusan warga Gaza yang ditahan.
Selain itu, rencana ini juga menyerukan penghentian segera pertempuran dan pengiriman bantuan penuh ke Jalur Gaza.
Syarat dan Posisi Politik Hamas
Meskipun menyatakan kesiapan untuk membebaskan sandera, Hamas tetap menjaga posisi politiknya. Mereka menegaskan bahwa mereka bersedia menyerahkan pemerintahan Gaza kepada badan independen Palestina dengan dukungan nasional dan regional.
Namun, sampai saat ini, Hamas belum merespons salah satu tuntutan utama AS, yaitu pelucutan senjata dan penghentian peran politik mereka di Gaza.
Selain itu, Hamas juga menyatakan bahwa beberapa poin dalam proposal AS, khususnya terkait masa depan Gaza dan hak rakyat Palestina, masih dalam tahap pembahasan. Dalam pernyataan resmi mereka, Hamas menulis: “Ada hal-hal yang harus disepakati dalam kerangka nasional Palestina.”
Situasi di Gaza dan Tanggapan Dunia
Sementara itu, kondisi di Gaza tetap mencekam. Serangan udara Israel dilaporkan menewaskan lebih dari 66.000 orang, menurut laporan kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Israel mengklaim bahwa operasi tersebut dilakukan untuk memastikan pembebasan para sandera dan menghancurkan kekuatan Hamas.
Beberapa negara dan organisasi internasional menyambut baik usulan perdamaian AS. Otoritas Palestina menilai upaya tersebut sebagai langkah tulus dan penuh tekad.
Namun, situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dengan jutaan warga sipil terpaksa mengungsi dan fasilitas umum seperti sekolah hancur akibat serangan.
Permintaan Tambahan dari Hamas
Hamas juga menuntut agar Israel membebaskan Marwan Barghouti dan tokoh-tokoh Palestina lainnya yang masih ditahan.
Permintaan ini menjadi bagian dari negosiasi yang sedang berlangsung. Selain itu, Hamas meminta Mesir untuk menjadi pihak yang mengawasi proposal perdamaian Gaza.
Dua tahun perang Gaza telah membawa dampak besar pada wilayah tersebut. Israel dan Hamas kembali melakukan perundingan di Mesir, menunjukkan adanya upaya untuk mencapai solusi damai.
Namun, tantangan tetap besar, dan keberhasilan negosiasi masih tergantung pada kemampuan kedua belah pihak untuk mencapai kesepahaman.