Pentingnya Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Mental pada Remaja
JAKARTA – Gangguan kesehatan mental di kalangan remaja menjadi isu yang semakin mendapat perhatian serius. Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2023, sekitar 14 persen remaja di seluruh dunia mengalami gangguan ini.
Di Indonesia, remaja didefinisikan sebagai individu berusia 10 hingga 18 tahun. Pada usia ini, seseorang sedang mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang sangat cepat, sehingga rentan terhadap berbagai masalah kesehatan mental.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Piprim, menegaskan bahwa deteksi dini merupakan langkah paling penting dalam mencegah dampak yang lebih serius, seperti perilaku menyakiti diri sendiri atau risiko bunuh diri.
Ia menjelaskan bahwa gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan perubahan perilaku sering kali muncul akibat beban akademik, tuntutan orang tua, serta bullying di lingkungan sekitar.
“Masalah kesehatan mental pada remaja membutuhkan dukungan yang kuat dari keluarga dan lingkungan sekitarnya,” ujarnya dalam webinar yang diselenggarakan oleh IDAI beberapa waktu lalu.
Peran Media Sosial dalam Gangguan Kesehatan Mental
Selain faktor lingkungan, media sosial juga dikaitkan dengan peningkatan kasus gangguan kesehatan mental pada remaja.
Banyak anak muda yang mengalami kejahatan siber, seperti cyberbullying, yang dapat memicu rasa tidak aman dan rendahnya harga diri. Hal ini bisa memperburuk kondisi mental mereka dan meningkatkan risiko perilaku merugikan diri sendiri.
Dr. Piprim menekankan bahwa gangguan kesehatan mental harus segera ditangani karena dampaknya bisa berkelanjutan hingga dewasa bahkan usia tua. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan intervensi dini sangat penting untuk dilakukan.
Masa Remaja: Fase Rentan Terhadap Gangguan Mental
Menurut anggota Satgas IDAI, dr. Braghmandita, masa remaja adalah fase transisi dari anak-anak menuju dewasa. Perubahan fisik, emosional, dan sosial yang terjadi secara cepat membuat remaja lebih rentan terhadap gangguan mental.
Meskipun sering dianggap sehat dan kuat, fakta menunjukkan bahwa remaja justru menjadi kelompok yang paling rentan mengalami masalah kesehatan mental.
Ia menjelaskan bahwa kesehatan mental mencakup kemampuan seseorang untuk memahami diri, berinteraksi dengan orang lain, mengambil keputusan, dan bertahan hidup. Tanpa kesehatan mental yang baik, remaja akan kesulitan dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Remaja
Faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan mental remaja bisa dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu biologis, psikologis, dan lingkungan. Faktor biologis meliputi genetik, status nutrisi, dan periode pubertas.
Faktor psikologis berkaitan dengan pola pengasuhan orang tua dan kemampuan regulasi emosi. Sedangkan faktor lingkungan melibatkan pengalaman seperti bullying, tekanan sosial, dan masalah pendidikan.
dr. Braghmandita menekankan bahwa lingkungan memiliki peran besar dalam membentuk kesehatan mental remaja. Lingkungan positif dapat memberikan dukungan dan peluang untuk berkembang, sementara lingkungan negatif justru meningkatkan risiko gangguan mental.
Peran Keluarga dan Sekolah dalam Deteksi Dini
Deteksi dini sangat penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal gangguan mental pada remaja. Keluarga harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi remaja untuk berekspresi.
Selain itu, keluarga juga perlu mengenali tanda-tanda seperti mood yang tidak stabil, penurunan konsentrasi, atau isolasi diri. “Keluarga perlu memberikan dukungan aktif dan menghindari stigma terhadap masalah kesehatan mental,” tambah dr. Braghmandita.
Remaja membutuhkan rasa dihargai, motivasi, dan apresiasi agar bisa merasa percaya diri dan tetap optimis. Sekolah juga memiliki peran penting dalam mencegah gangguan kesehatan mental.
Lingkungan sekolah yang inklusif dan aman dapat membantu remaja mengembangkan empati, pemahaman diri, serta kemampuan regulasi emosi. Dengan demikian, sekolah bisa menjadi mitra penting dalam menjaga kesehatan mental remaja.