Kesembuhan Pasien Indonesia di Tangan Dokter China: Contoh Kerja Sama Medis Lintas Negara
JAKARTA – Seorang pasien asal Indonesia yang menderita penyakit jantung koroner parah berhasil pulih setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Provinsi Jiangsu, sebuah institusi kesehatan terkemuka di Tiongkok.
Kondisi Synjaya memicu kekhawatiran besar karena penyumbatan serius dan kalsifikasi berat pada pembuluh darah utama jantung. Penanganan kasus seperti ini dinilai memiliki risiko tinggi, termasuk kemungkinan komplikasi seperti perforasi pembuluh darah.
Keterbatasan pilihan pengobatan di Indonesia membuat keluarga Synjaya mencari solusi alternatif. Mereka menemukan harapan melalui Sondang Jasmine Mustikasari, seorang dokter spesialis jantung asal Indonesia yang sedang menjalani pelatihan di Rumah Sakit Provinsi Jiangsu.
Program pelatihan ini diselenggarakan atas penugasan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) dan berlangsung selama satu tahun.
Selama masa pelatihannya, Mustikasari tidak hanya mempelajari teknik intervensi medis, tetapi juga berbagi berbagai kasus dan metode pengobatan kompleks melalui platform media sosial.
Video yang menampilkan keahlian Li Chunjian, wakil direktur departemen kardiologi di rumah sakit tersebut, menarik perhatian Synjaya dan keluarganya.
“Dr. Mustikasari mengatakan bahwa rumah sakit ini sangat bagus dan memiliki dokter-dokter yang sangat terampil,” ujar salah satu anggota keluarga Synjaya.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, mereka memutuskan untuk mencari pengobatan di Tiongkok. Setelah persiapan yang matang, Dr. Li Chunjian dan timnya melakukan prosedur medis yang kompleks dan menantang.
Operasi yang berlangsung beberapa jam akhirnya berjalan dengan sukses. Setelah operasi, tim multidisiplin yang terdiri dari ahli dari berbagai bidang seperti kardiologi, urologi, serta pernapasan dan perawatan intensif melakukan konsultasi untuk memastikan pemulihan Synjaya berjalan optimal.
“Kualitas pengobatan di sini luar biasa, dan semua dokternya sangat responsif. Jika membutuhkan perawatan medis, China adalah tempat yang tepat,” tambah kerabat Synjaya.
Kasus ini menjadi contoh kedua yang dilakukan oleh Rumah Sakit Provinsi Jiangsu dalam menangani pasien asal Indonesia melalui program pelatihan khusus.
Menurut Li Chunjian, teknik intervensi medis di Tiongkok telah berkembang pesat, dan perangkat medis domestik kini sesuai dengan standar internasional yang paling maju.
“Banyak kasus kompleks, seperti klasifikasi berat atau penyumbatan total kronis, yang sulit ditangani di tempat lain, dapat ditangani secara efektif di China,” ujarnya.
Indonesia, sebagai salah satu ekonomi utama di Asia Tenggara, saat ini menghadapi tantangan kesehatan akibat perubahan demografi dan pergeseran pola penyakit. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap pengobatan intervensi untuk penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan neurologis.
Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia di bidang kesehatan terus berkembang. Awalnya berupa bantuan teknis, kini berkembang menjadi pembangunan bersama ekosistem kesehatan kolaboratif.
Pada Agustus 2024, Rumah Sakit Provinsi Jiangsu menjalin kemitraan strategis dengan Kementerian Kesehatan RI. Saat ini, rumah sakit tersebut menampung dokter-dokter Indonesia untuk menjalani pelatihan khusus di bidang intervensi kardiovaskular dan serebrovaskular.
Program pelatihan ini memberikan bimbingan privat dengan mentor berpengalaman. Pembelajaran teori sistematis dan pelatihan praktik langsung digabungkan dalam program komprehensif ini, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dan membantu mereka membawa konsep medis serta standar operasional yang maju untuk diterapkan di Indonesia.
“Seiring dengan semakin eratnya kerja sama medis antara Tiongkok dan Indonesia di bidang manajemen kesehatan, kesehatan masyarakat, dan penelitian medis, hal ini tidak hanya menjadi jembatan pertukaran pengetahuan medis antara kedua negara, tetapi juga akan meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat di kedua negara,” ujar Li.












