Polio: Penyakit yang Masih Mengancam Meski Sudah Diketahui
JAKARTA – Kaki yang tampak kurus seperti tulang di balut kulit sering kali menjadi perhatian banyak orang, terutama ketika muncul dalam video viral di media sosial. Namun, apa yang terlihat mungkin bukan sekadar kondisi fisik biasa.
Banyak yang tidak menyadari bahwa hal tersebut bisa jadi gejala awal dari penyakit polio. Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dan menyerang sistem saraf, yang dapat berujung pada kelumpuhan permanen.
Meskipun polio bukanlah penyakit baru, ancamannya masih tetap nyata jika tidak diperhatikan. Virus ini menyerang saraf motorik yang mengontrol gerakan otot. Akibatnya, otot bisa melemah hingga menyusut, sehingga kaki tampak kering dan kurus.
Meskipun vaksinasi telah dilakukan secara global, polio belum benar-benar lenyap. Satu anak yang terinfeksi saja bisa menjadi awal penyebaran cepat ke anak-anak lain melalui makanan, air, atau kontak langsung dengan penderita.
Poliovirus termasuk dalam keluarga enterovirus dan memiliki tiga jenis serotipe berbeda. Virus ini masuk melalui mulut, berkembang di tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu bisa menyebar ke aliran darah hingga mencapai sistem saraf pusat.
Di sinilah bahaya utamanya—ketika saraf pengendali otot rusak secara permanen, tubuh bisa mengalami kelumpuhan sebagian atau total.
Lingkungan dengan sanitasi buruk dan cakupan vaksinasi rendah menjadi tempat favorit bagi virus ini untuk berkembang. Karena itu, meskipun jumlah kasus telah menurun drastis, kewaspadaan tetap harus dijaga.
Gejala dan Jenis Polio
Sebagian besar orang yang terinfeksi poliovirus tidak menunjukkan gejala apa pun, atau hanya menunjukkan gejala ringan yang mirip flu. Sekitar 95–99 persen kasus tidak menunjukkan gejala sama sekali, namun mereka tetap bisa menularkan virus tanpa sadar. Inilah alasan mengapa polio sulit dikendalikan sepenuhnya.
Ada beberapa jenis polio yang perlu diketahui:
Polio Non-Paralitik (Polio Abortif)
Jenis ini memiliki gejala yang mirip dengan flu, berlangsung selama 1–10 hari. Penderita biasanya mengalami demam tinggi, sakit kepala, nyeri tenggorokan, muntah, kelelahan ekstrem, dan meningitis ringan. Infeksi biasanya berhenti di tahap ini tanpa menyebabkan kelumpuhan, dan pasien umumnya bisa pulih sepenuhnya.
Polio Paralitik
Hanya sekitar 1 persen kasus yang berkembang menjadi polio paralitik, yang merupakan jenis paling berbahaya. Infeksi ini menyerang sumsum tulang belakang (polio spinal), batang otak (polio bulbar), atau keduanya (polio bulbospinal).
Gejalanya dimulai dengan demam dan nyeri otot, lalu berkembang menjadi kehilangan refleks tubuh, kejang hebat, otot lemas di satu sisi tubuh, hingga kelumpuhan permanen. Dalam 5–10 persen kasus, virus bisa menyerang otot pernapasan dan menyebabkan kematian.
Sindrom Pasca-Polio
Bahaya dari polio tidak berhenti setelah pasien sembuh. Sindrom pasca-polio bisa muncul antara 15–40 tahun setelah infeksi. Gejalanya meliputi kelemahan otot, nyeri sendi, kelelahan berat, gangguan pernapasan, hingga kesulitan menelan. Kondisi ini juga memengaruhi daya konsentrasi dan memori penderita.
Tidak Ada Obat, Tapi Bisa Dicegah
Menurut World Health Organization (WHO), saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan polio sepenuhnya. Namun, penyakit ini bisa dicegah melalui vaksinasi. Ada dua jenis vaksin yang tersedia, yaitu vaksin polio oral (OPV) dan vaksin polio inaktif (IPV). Kedua vaksin ini efektif dan aman untuk anak-anak.
Perawatan medis tetap penting untuk membantu meringankan gejala. Beberapa langkah pengobatan yang direkomendasikan termasuk pemberian ibuprofen untuk nyeri otot, obat antikejang untuk spasme, antibiotik untuk mencegah infeksi tambahan, serta ventilator bagi pasien yang mengalami gangguan pernapasan.
Terapi fisik juga membantu mempertahankan kekuatan otot dan memperlambat atrofi. Sementara rehabilitasi paru menjaga fungsi pernapasan agar tetap stabil.
Selain itu, pasien disarankan untuk menjaga hidrasi, menggunakan kompres hangat, dan cukup istirahat selama pemulihan. Dukungan keluarga menjadi faktor penting dalam proses rehabilitasi jangka panjang.
Vaksinasi tetap menjadi cara terbaik untuk mencegah polio. Selama masih ada satu anak yang terinfeksi di dunia, semua anak berisiko tertular. Oleh karena itu, pastikan imunisasi dilakukan sesuai jadwal. Polio memang bisa dihindari, asalkan kita tidak lengah.











