Tato dan Dampaknya pada Kesehatan
JAKARTA – Tato kini bukan lagi hal yang tabu. Di Amerika Serikat, satu dari tiga orang memiliki setidaknya satu tato di tubuhnya. Semakin meningkatnya popularitas tato juga membawa perhatian terhadap risiko dan dampak kesehatannya.
Beberapa waktu lalu, muncul berita yang mengaitkan tato dengan risiko kanker limfoma. Studi tersebut melibatkan 1.400 penderita limfoma dan lebih dari 4.000 orang sehat. Meski peneliti menyatakan bahwa tato meningkatkan risiko kanker, data sebenarnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Jika tinta tato benar-benar menyebabkan kanker, maka seharusnya orang yang memiliki tato lebih banyak akan lebih rentan terkena kanker. Namun, hal ini tidak ditemukan dalam penelitian. Selain itu, penelitian tersebut tidak bisa memastikan hubungan sebab-akibat antara tato dan kanker, karena kemungkinan ada faktor lain yang turut berperan.
Meskipun hasil studi itu tidak sepenuhnya akurat, pertanyaan menarik tetap muncul: ke mana sebenarnya tinta tato pergi setelah masuk ke kulit kita, dan apakah ia tetap di sana selamanya?
Bagaimana Tinta Tato Masuk ke Kulit?
Ketika seseorang ditato, jarum menyuntikkan tinta ke lapisan dermis—lapisan di bawah epidermis (kulit luar) dan di atas lapisan lemak. Menurut dokter kulit Dr. Lauren Ploch, sel-sel di dermis tidak cepat beregenerasi seperti di epidermis. Itulah mengapa tato tidak mudah pudar meski sel kulit kita terus berganti.
Namun, hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum menato tubuh adalah kebersihan jarum. Jarum yang tidak steril bisa menularkan penyakit atau infeksi serius.
Begitu tinta masuk ke kulit, tubuh mengenalinya sebagai benda asing. Menurut Dr. Lauren Moy, sistem imun akan mengirimkan sel-sel kekebalan seperti makrofag ke area tersebut. Inilah penyebab kulit tato baru sering tampak merah, bengkak, atau sensitif.
Dengan perawatan yang tepat—membersihkan area tato, memakai pelembap, dan menghindari sinar matahari atau air berlebihan—reaksi ini bisa diminimalkan.
Menariknya, makrofag ini memakan pigmen tinta namun tidak mampu menghancurkannya sepenuhnya. Ketika makrofag mati, tinta dilepaskan dan segera “dimakan” lagi oleh makrofag baru di sekitarnya. Proses “tangkap dan tangkap ulang” inilah yang membuat tinta tetap berada di tempatnya selama bertahun-tahun.
Reaksi Alergi dan Warna yang Berisiko
Tidak semua tubuh bereaksi sama terhadap tinta tato. Beberapa orang mengalami reaksi alergi berupa kulit merah, tebal, bersisik, atau terasa gatal di area tato. Dr. Ploch menjelaskan bahwa reaksi ini disebabkan oleh sel imun bernama limfosit, dan sering kali terjadi pada tinta berwarna merah.
Sebuah studi terhadap 104 sampel kulit dari orang yang mengalami alergi tato menemukan bahwa 78 persen reaksi disebabkan oleh pigmen merah. Reaksi ini bisa muncul tidak hanya segera setelah menato, tetapi juga bertahun-tahun kemudian.
Apakah Tinta Tato Bisa Bergerak ke Bagian Tubuh Lain?
Secara teknis, tinta tato dapat berpindah, tetapi biasanya hanya dalam jarak sangat kecil. Saat sistem imun berusaha menghancurkan pigmen tinta, partikel-partikel kecil dapat masuk ke sistem limfatik, lalu mengendap di kelenjar getah bening. Proses ini juga menjelaskan mengapa tato bisa memudar atau tampak kabur seiring waktu.
Namun, tinta yang berpindah juga bisa menimbulkan kebingungan medis. Pada tahun 2018, seorang pasien kanker yang memiliki banyak tato menjalani operasi pengangkatan payudara.
Saat operasi, dokter menemukan kelenjar getah bening berwarna hitam dan sempat khawatir pasien mengidap kanker kulit ganas (melanoma). Setelah diperiksa, warna hitam itu ternyata berasal dari tinta tato yang menumpuk, bukan sel kanker.
Apa yang Terjadi Saat Tato Dihapus?
Proses penghapusan tato dengan laser bekerja dengan cara memecah pigmen tinta menjadi potongan yang lebih kecil agar bisa dibersihkan oleh sistem limfatik tubuh. Menurut Dr. Ploch, teknologi laser modern membantu mempercepat proses ini.
Namun, Dr. Moy menambahkan bahwa proses ini juga dapat melepaskan zat kimia seperti oksida besi dan oksida seng dari pigmen, yang kadang memicu reaksi ringan pada kulit. Untungnya, efek ini biasanya tidak berbahaya dan bersifat sementara.
Jadi, Apakah Tato Berbahaya?
Hingga kini, tidak ada bukti kuat bahwa tato menyebabkan kanker atau masalah serius lainnya. Seperti kata Dr. Moy, “Jika tato benar-benar berbahaya, dunia pasti sudah mengetahuinya sekarang.”
Kesimpulannya, tato memang melibatkan tinta asing yang menetap di kulit dan sebagian kecil bisa berpindah ke sistem limfatik, tetapi tubuh manusia memiliki cara alami untuk mengelolanya. Risiko yang perlu diwaspadai lebih pada kebersihan proses tato dan reaksi alergi terhadap tinta—bukan kanker.











